Minggu, 23 Juni 2019

DENGKI, HASAD, IRI; KEHANCURAN DIRI

"Dosa yang pertama kali muncul di kolong langit adalah dengki, dan dengki awal kemaksiatan yang terjadi di muka bumi" Al-jahid

DENGKI, KEHANCURAN DIRI

Halimi Zuhdy

Seandainya aku bisa bertanya tentang "kedengkian", maka kutanyakan kepada gunung, daratan, lautan, sungai, pepohonan, dan rerumputan.
“Wahai Darat mengapa kamu diciptakan menjadi Darat, apakah kamu rela menjadi diinjak-injak manusia yang sok itu?” kucoba bertanya pada Daratan.

Tiba-tiba Daratan berbisik, dengan wajah sedih,  "Kenapa aku diciptakan menjadi daratan ya, yang hanya diinjak-injak manusia dan hewan,  akar-akar pohon memenjarakanku. Mengapa aku tidak menjadi gunung saja, yang tinggi menjulang, menjadi paku bumi, dan bisa melihat daratan yang luas". Keluhan Daratan belum selesai.

Tiba-tiba Gunung bertanya tentang dirinya, "Mengapa, aku dijadikan gunung yang hanya menyimpan bara, memuntahkan lahar, mematung tinggi, aku tak dapat berkhidmat pada manusia, orang-orang sholeh pun jarang menaikiku, aku hanya seperti patung dikejahuan, bahkan akhir-akhir ini aku hanya digunduli, dan akupun longsor dan membuat banyak orang meninggal gara-gara aku".

Tak terasa rerumputan berisik di bawah kaki dan mengajakku mendengarkan keluhannya, "Mengapa aku dijadikan rumput, yang tak berharga, diinjak-injak, bahkan keberadaanku pun tak dilirik, beda dengan bunga-bunga, pepohonan yang menjulang tinggi, aku hanya korban manusia dan hewan saja, kadang mengering dan dibakar".

Belum juga rerumputan selesai berkeluh kesah, Lautan dengan debur ombaknya berteriak, "Mengapa nasibku yang dijadikan lautan, kenapa aku tidak dijadikan Gunung, Daratan, dan Pepohonan yang indah atau sunga-sungai yang mengalir seperti dalam al-Qur'an, atau aku hanya sebagai pemuas manusia dengan ikan-ikan yang setiap hari dirampok?, dan dibuat makan para perampok, apakah aku hanya untuk menjadi kenangan untuk menelan orang, menerjang manusia dengan sunamiku, aku menjadi tidak pernah damai dengan gelombangku"

“Rerintihan” itu hanya khayalaku, aku tidak benar-benar mendengarnya, atau mungkin karena aku bukan Nabi Sulaiman, yang dapat berbicara dan mendengar pembicaraan hewan dan tumbuhan.

Saya yakin, dan benar-benar yakin, mereka tidak akan mengeluh menjadi lautan, gunung, daratan, pepohonan, bahkan mereka akan menikmati keberadaan mereka, karena mereka diciptakan untuk bertasbih, seandainya mereka menjadi gunung semua, apa jadinya dunia ini, atau seandainya dunia ini lelautan semuanya, bagaimana keberadaan manusia dan lainnya, atau dunia ini hanya berisi rerimbunan pepohonan, atau rerumputan saja, mungkin taka da keindahan di dunia ini, atau semuanya warna adalah hitam, mungkin dunia kelam, atau putih maka dunia akan penuh uban.

Seandainya semuanya sama, apa indahnya dunia ini, maka hanya“Masya Allah” Allah luar biasa. Maka, kenapa aku harus dengki dan hasad kepada orang-orang yang berbeda dengan diriku, biarlah mereka jadi mereka dan aku jadi diriku sendiri, dan biarkan mereka bergembira dengan kegembiraan mereka, aku juga memiliki kegembiraan, dan Allah memiliki rencana sendiri dalam penciptaannya. Maka, kehidupan ini harus disyukuri, tersenyum dengan keberadaan diri, memahami tujuan diciptakan diri Mengabdi pada Tuhan yang Abadi, Tak usah dengki, apalagi iri, semuanya harus dinikmati.

Jangan hasad ya!  Ia sumber segala kekacauan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar