Sabtu, 30 Maret 2019

Memilih Nama Anak

(Apalah arti sebuah nama?)

Halimi Zuhdy

"Apalah arti sebuah nama", kata-kata ini dianggap tidak etis pada satu sisi, namun bisa menjadi etis pada konteks lainnya, misal bila dikaitkan dengan sebuah ketawadu'an (Rendah hati) atau menghilangkan nama diri untuk menghindari kesombongan, atau menjadi baik bagi orang yang mencari "nama" an sich.

Kata-kata di atas menjadi tidak etis, bahkan dianggap tidak ikut sunnah, bila tidak mempedulikan arti sebuah nama, misalkan nama anak. Hanya asal saja.

Suatu hari, ada seorang sahabat  bertanya pada Nabi Muhammad saw, dalam riwayat Abul Hasan. “Ya Rasulullah, apakah hak anakku terhadapku?”. Nabi menjawab: “Engkau baguskan nama dan pendidikannya, kemudian engkau tempatkan ia di tempat yang baik”.

Bila kemudian hanya sekedar memberi nama, dan tidak dipahami artinya, bahkan nama tersebut tidak memiliki arti yang baik, maka hal tersebut termasuk orang tua yang tidak memberi hak kepada anaknya.

Nama itu bukan hanya pembeda, di dalam nama tersebut ada sebuah harapan besar, bahkan nanti  di hari kiamat, nama itu menjadi sebuah kebanggaan bagi dirinya, ia akan dipanggil dengan nama itu. “Baguskan namamu, karena dengan nama itu kamu akan dipanggil pada hari kiamat nanti,” kata Rasulullah. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Hiban).

Maka, nama adalah sebuah identitas, cita-cita, doa, harapan besar orang tua, dan ia akan menjadi kebanggan dirinya dengan penyematan nama itu. Dan nama itu, bisa menjadi pembeda aqidah,      identitas keluarga, dan keturunan nantinya.

Ada beberapa hal yang dianjurkan dalam pemberiaan nama sebagaimana dalam kitab "Tarbiyatul Aulad" yang rangkai oleh Dr. Nasih 'Ulwan; a) Tidak menggunakan nama Tuhan, kecuali diberi kata Abduh sebelumnya. b). Nama yang tidak memiliki arti ketundukan kepada selainNya, seperti "Hamba Kopi" dll. c).  Nama yang artinya tidak mudah hilang, lekang, dan sirna.

Pemberian nama, dianjurkan pada hari ketujuh sebagaimana Hadis Shahih, “Setiap bayi tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama pada hari itu juga.”(HR. Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah, Ahmad). Atau pada hari ketika ia dilahirkan, "Pada suatu malam, aku dianugrahi seorang bayi dan aku namai ia dengan nama ayahku, yakni Ibrahim.” (HR. Muslim)

Namun, pencariannya bisa kapan pun, bisa saja sebelum memiliki Istri, sebagai motivasi untuk mendapatkan seorang anak shaleh dengan calon istri shalehah. Atau ketika, ia berada pada malam pertama, dan membayangkan seorang ulama hebat, dengan namanya, sebagai tafaulan pada beliau. Atau mendiskusikan dengan istri, atau meminta kepada seorang   'Alim dengan harapan anaknya diberikan nama terbaik sesuai dengan karakternya. Pencarian tersebut oleh ulama tidak dibatasi. Namun, yang disunnahkan memberikannya anaknya pada hari ketujuh,atau hari pertama dilahirkan.

Pengalaman penulis mencari nama, ada yang terinspirasi dari; pengarang kitab, keunikan nama, sultan, pengalaman, makna yang dimiliki, yang kemudian dicari di mu'jam bahasa Arab, serta kekhasan kalimatnya dan sejarah yang mengitari kelahirannya. Artinya, ketika ditanya oleh anak suatu saat, maka segudang jawaban sudah termaktub. Misal;  Mohammad Nayif Azmi, Mohammad Najid Al-Izzi, Athifah Muhibatullah, Athirah Rahmatillah. Kedua anak pertama dan keempat menggunakan ism Fa'il dengan awalan yang sama "Mim dan Nun", (Moh. Nayif dan Moh. Najid) demikian dua  putri, ke dua dan ketiga Athifah dan Athirah. Yang semuanya bersajak. Sedangkan arti dan sejarahnya sangatlah panjang. He.

Sekilas penulis bahas arti  anak yang ke-empat, Mohammad Najid Al-Izzi. Dalam tulisan bahasa Arab: محمد ناجد العزي. Kata Mohammad, sudah sangat mafhum, sebuah tafaul kepada Sang Nabi Allah, akhlaq dan kepribadiannya, serta aqidah yang dianutnya. Bagaimana perintah dan sunnah baginya, suatu saat adalah menjadi napaknya.

Sedangkan kata, "Najid" memiliki banyak arti, dan bagus; pemberani, ketingian akhlaq, terdidik, intelek, penyuka keunggulan dan lainnya. Mengapa nama ini dipilih, karena; 1) maknanya yang bagus, 2) berawalan "Nun" untuk menyamakan dengan kakaknya, juga menggunakan awalan "Nun" dan ism Fa'il, 3) jarang digunakan di Indonesia, beda dengan Najib dan beberapa alasan lainnya.

ناجد : أصل الاسم، عربي،
اسم عربي يطلق على الذكور، وهو من الفعل نجد أي إرتفع، ويدل على السمو ورفعة الشأن، كما يعني الغالب، الواضح، الشجاع، ويمكن أن يصبح اسم مؤنث "ناجدة". وصاحب اسم ناجد يتميز بشخصية مهذبة، مثقف وكثير الإطلاع والتعلم، يحب أن يكون متفوق ومميز في العمل، ويساند من يحتاج الدعم.

Sedangkan "Al-izzi" selain maknanya yang baik, dan sebuah tafaul akan memperoleh "kemuliaan",  juga menyamakan dengan kakaknya "Azmi" yang diawali "Ain", namun ditambah "al". Bisa juga "Najid Izza, atau Najid Izzi".

Malang, 29 Maret 2019

#MohonDoaAtasPenamaanAnak_tasmiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar