Jumat, 15 Februari 2019

Pelajaran Bahasa Arab di Era Revolusi Industri 4.0

Halimi Zuhdy

Bahasa Arab di Indonesia sampai hari masih menjadi momok, selalu terkesan, "Bahasa Arab adalah pembelajaran yang sulit", "Bahasanya paling berat", dan "Kata-katanya sulit" serta ungkapan lainnya. Itu kesan, dari berbagai guru dan siswa di berbagai tempat (Ket, angket yang disebar ke berbagai madrasah dan sekolah). Namun, setelah mereka mendapatkan nutrisi dari pemateri workshop Pembelajaran Bahasa Arab, ternyata dugaan mereka salah, ternyata "mempelajari bahasa Arab" itu sangat mudah. Hanya bagaimana berpositif dengan bahasa Arab, dan menggalinya, serta memberlakukannya sebagai "bahasa" bukan sebagai "azimat".

Selama ini, peserta didik hanya diberi beban untuk memahami Nahwu dan Sharraf, sedangkan yang dipelajari adalah Maharah Kalam (Kemahiran berbicara), siswa jarang diberikan kesempatan untuk praktik berbicara, terkadang guru yang mengajar Maharah kalam, gurulah yang banyak berbicara, seperti cara mengajarkan istima', atau seperti berceramah saja, belum lagi cara mengevaluasinya.
Maka, di era al-Tsaurah As-shinaiyyah al-Arbiah (Revolusi Industri 4.0) ini. Guru atau dosen harus selalu menggali informasi perkembangan pembelajaran bahasa, baik thoriqahnya, materinya, dan lainnya.


Di Era yang terbuka ini, semuanya bisa diakses, semua bisa dipelajari, hanya saja, apakah guru atau dosen ada kemauan atau tidak untuk mempelajari dan mengembangkan dirinya?.
Kadang ada yang mengeluhkan: Kurangnya jam pelajaran di kelas, tidak adanya media, tidak ada bi'ah (lingkungan) bahasa dan lainnya.

Bukankah semuanya bisa diciptakan hari ini?. Media kurang banyak seperti apa? tinggal masuk ke YouTube, IG, dll sudah mendapatkan.

Kurang materi yang mana? Materi apa yang tidak ada hari ini? Semuanya juga sudah tersedia.
Tidak ada lingkungan berbahasa!?. Bukankah, sudah banyak penelitian, bahwa bi'ah bisa diciptakan, tidak harus ke Arab, dan tidak sedikit yang pernah keluar negeri, tapi belum bisa berbahasa Arab?. Maka, tidak ada alasan untuk kekurangan media,lingkungan, dan lainnya.

Artinya, kita bisa mengembalikan hal itu semuanya kepada "Ruh" guru dan siswa.
Kita dapat melihat dan merenungi kembali, "At-talhariqah ahammu min al-maddah, wa Ruh Mudarris Ahammu min al-Thariqah". Bukankah semangat,  kemauan dan cinta itulah yang mampu menumbuhkan dan membiasakan itu semua? Tapi jangan lupa, dalam belajar bahasa Arab, adalah Berdoa kepadaNya.

----------------------------------------
Workshop Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Guru Bahasa Arab Berbasis IT Se-Kab.Pasuruan.
Bahasa Dan Sastra Arab Fak. Humaniora  UIN Malang dan MA Babul Futuh Pasuruan
Pasuruan, 02 Pebruari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar