Selasa, 21 Agustus 2018

PSK, ATLET NEGARA & PAHLAWAN

Halimi Zuhdy

Gambar diambil dari Tribunnews.com
Dua hari ini, ada berita menarik yang mencuri perhatian publik, dengan kata kuncinya,  "PSK" dan "Atlet Dipulangkan". 

PSK, singkatan dari Pekerja Sek Komersial, atau nama lainnya; Pelacur, Wanita tunasusila, Lonte
Sundal, Pramuria, dan Kupu-kupu malam, Menjadi kata yang tidak asing bagi yang sudah berumur 18+, walau tidak asing dan diramu sedemikian rupa, tetaplah tidak elok dan menjijikkan.

PSK, akan selalu ada dimanapun dan kapan pun, baik teran- terangan atau sembunyi-sembunyi. Karena mereka, tidak hanya membutuhkan uang, tapi membutuhkan kenikmatan, atau tidak hanya membutuhkan kenikmatan tetapi juga uang. Walau, tidak semua yang menjadi PSK adalah sebuah cita-cita, tatapi dengan terpaksa, namun adakah alasan terpaksa harus menjadi PSK?. Titik.

Kemarin, Atlet Jepang dipulangkan, karena berhubungan lebih jauh dengan PSK, tidak hanya sekedar ngobrol tapi bermalam dan sertai dengan mabuk-mabukan, dan anehnya masih mengenakan baju atletnya yang berlogo negaranya dan logo Asia Game Indoensia-Palembang. Mereka, Jauh-jauh datang dari Jepang ke Indonesia, dengan membawa nama "Negara", tetapi, mereka berkhianat kepada negaranya, dengan tidak mematuhi "etika". Maka, mereka, pulang (dipulangkan) dengan biaya sendiri, dan kemudian dicabut akreditasinya oleh komite Olimpiade Nasional Jepang. 

Komite Olympiade Jepang menilai perilaku para atlet "melanggar kode etik tim yang mewajibkan setiap atlet bertindak sebagai tauladan." Dikutip dari Detik.com

Ini sebuah pelajaran berharga bagi semua atlet di Indonesia dan dunia yang akan menjadi pahlawan bagi negaranya. Pahlawan yang tidak hanya menang dalam fisiknya, dan mampu mengalahkan lawannya dengan otot dan kecerdasannya. Tetapi, juga mampu menjaga hawa nafsunya, menjaga hatinya, menjadi etika negaranya, dan menjaga moralnya demi nama baik negaranya. Kalau dia beragama, maka nama baik agamanya. 

PSK, akan selalu hadir diberbagai kesempatan, tetapi keberadaan diri, atlet dan atau siapapun yang menjadi utusan negara untuk tidak berbuat di luar jalur. Karena ia menjadi teladan, menjadi figur, dan teladan yang sesungguhnya. Yang nantinya mampu membawa generasi berikutnya pada perbaikan moral, bukan hanya prestasi dan gelar. 

Pahlawan, adalah mereka yang mampu memberikan taulandan yang baik, kata-katanya akan selalu direkam dunia, tingkahnya akan selalu disorot, hatta pandangan wajahnya menjadi perbincangan. Maka, seorang utusan negara, yang juga menggunakan uang negara, hendaknya berprilaku apa yang dikendaki negaranya (Seluruh rakyat).

Kebaikan moral adalah kemenangan yang sesungguhnya. Dan kini, banyak yang lebih mementingkan prestasi (piala) dari pada akhlaq atau moral diri. Maka, tugas negara tidak hanya melatih fisik mereka, tetapi juga mengolah hati dan prilaku mereka. 

Mudah-mudahan atlet kita, dapat memadukan keduanya, prestasi dan moral. 

Merdeka. 

Malang, 21/8/2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar