Halimi Zuhdy
Gambar diambil dari Tribunnews.com |
Dua hari ini, ada berita menarik yang mencuri perhatian publik, dengan kata kuncinya, "PSK" dan "Atlet Dipulangkan".
PSK, singkatan dari Pekerja Sek Komersial, atau nama lainnya; Pelacur, Wanita tunasusila, Lonte
Sundal, Pramuria, dan Kupu-kupu
malam, Menjadi kata yang tidak asing bagi yang sudah berumur 18+, walau tidak asing dan diramu sedemikian rupa, tetaplah tidak elok dan menjijikkan.
PSK,
akan selalu ada dimanapun dan kapan pun, baik teran- terangan atau
sembunyi-sembunyi. Karena mereka, tidak hanya membutuhkan uang, tapi membutuhkan
kenikmatan, atau tidak hanya membutuhkan kenikmatan tetapi juga uang. Walau,
tidak semua yang menjadi PSK adalah sebuah cita-cita, tatapi dengan terpaksa,
namun adakah alasan terpaksa harus menjadi PSK?. Titik.
Kemarin, Atlet Jepang dipulangkan, karena berhubungan lebih jauh
dengan PSK, tidak hanya sekedar ngobrol tapi bermalam dan sertai dengan
mabuk-mabukan, dan anehnya masih mengenakan baju atletnya yang berlogo
negaranya dan logo Asia Game Indoensia-Palembang. Mereka, Jauh-jauh datang dari Jepang ke
Indonesia, dengan membawa nama "Negara", tetapi, mereka berkhianat
kepada negaranya, dengan tidak mematuhi "etika". Maka, mereka, pulang
(dipulangkan) dengan biaya sendiri, dan kemudian dicabut akreditasinya
oleh komite Olimpiade Nasional Jepang.
Komite
Olympiade Jepang menilai perilaku para atlet "melanggar kode etik tim
yang mewajibkan setiap atlet bertindak sebagai tauladan." Dikutip dari
Detik.com
Ini sebuah
pelajaran berharga bagi semua atlet di Indonesia dan dunia yang akan
menjadi pahlawan bagi negaranya. Pahlawan yang tidak hanya menang dalam
fisiknya, dan mampu mengalahkan lawannya dengan otot dan kecerdasannya.
Tetapi, juga mampu menjaga hawa nafsunya, menjaga hatinya, menjadi
etika negaranya, dan menjaga moralnya demi nama baik negaranya. Kalau
dia beragama, maka nama baik agamanya.
PSK,
akan selalu hadir diberbagai kesempatan, tetapi keberadaan diri, atlet
dan atau siapapun yang menjadi utusan negara untuk tidak berbuat di luar
jalur. Karena ia menjadi teladan, menjadi figur, dan teladan yang
sesungguhnya. Yang nantinya mampu membawa generasi berikutnya pada
perbaikan moral, bukan hanya prestasi dan gelar.
Pahlawan,
adalah mereka yang mampu memberikan taulandan yang baik, kata-katanya
akan selalu direkam dunia, tingkahnya akan selalu disorot, hatta
pandangan wajahnya menjadi perbincangan. Maka, seorang utusan negara,
yang juga menggunakan uang negara, hendaknya berprilaku apa yang
dikendaki negaranya (Seluruh rakyat).
Kebaikan moral adalah kemenangan yang sesungguhnya. Dan kini, banyak yang lebih
mementingkan prestasi (piala) dari pada akhlaq atau moral diri. Maka, tugas
negara tidak hanya melatih fisik mereka, tetapi juga mengolah hati dan
prilaku mereka.
Mudah-mudahan atlet kita, dapat memadukan keduanya, prestasi dan moral.
Merdeka.
Malang, 21/8/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar