Halimi Zuhdy
Perkembangan literasi di Indonesian tidak terlalu menggembirakan, butuh usaha besar dan sungguh-sungguh dari berbagai pihak untuk selalu mendorong masyarakat Indonesia agar gemar membaca dan menulis. .
Data yang cukup mengenaskan, dari 61 negara yang diteliti tingkat literasinya, menempatkan Indonesia peringkat kedua dari bawah, yaitu ke-60 setelah Bostwana. Prestasi yang tidak perlu terjadi, apalagi negara ini negara besar dan sudah cukup lama berdiri di dunia. Seharusnya, besarnya (banyaknya) juga sejalan dengan budaya literasinya. .
Sebuah negara, maju dan tidaknya, dapat dilihat dari bagaimana kegemaran membacanya, jika budaya bacanya masih rendah, maka masyarakatnya juga demikian. Menurut penelitian UNESCO, indeks minat baca Indonesia 0,001 %. Artinya dari 1.000 penduduk hanya 1 orang yang serius membaca. Apakah benar survei tersebut, kalau benar, bagaimana peran lembaga pendidikan di Indonesia, demikian juga peran pemerintah yang memiliki kekuatan untuk merubah bangsa. .
Sedangkan hasil survei 3 tahunan BPS, telah mencatat, tingkat minat baca anak-anak Indonesia hanya 17,66 %, sementara minat menonton mencapai 91,67 %. Bisa dibayangkan, bagaimana minat menonton masyarakat Indonesia mengalahkan daya bacanya. Apalagi akhir-akhir ini, dari mulai Anak PAUD sampai Pos Doktoral sangat suka megang HP, dan yang paling banyak diakses adalah youtube (film), dan orang tuanya asyik masuk dengan literasi ala modern (cating, ngerumpi, hal tidak jelas arahnya). Budaya baca buku (online dan ofline) juga kurang diminati. Dan yang sangat menakutkan, orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu selama 3 menit 36 detik untuk menonton film porno di internet. .
Jika, kegemaran membaca saja sudah sangat rendah, bagaimana dengan minat menulisnya. Sedangkan budaya menulis akan tumbuh, jika minat membacanya kuat. Dan dari hasil penelitian terkini, lembaga pendidikan pun (sekolah, kampus dll), banyak yang tidak membudayakan literasi, dengan indikasi; perpustakaannya sepi, jarangnya bedah buku, tidak adanya diskusi, buku-buku tidak terbaca di berbagai rak sekolah/kampus, dan lainnya. .
Dan lucunya, banyak parapejabat pemerihtahan dan para pendidik, yang belum tahu tentang dunia literasi. Bagaimana mereka mendorong untuk memdayakan literasi, sedangkan mereka belum memahaminya. Mudah-mudahan dapat berbenah. .
.
Untuk memupuk dan membudayakan literasi, maka bagi para pendidik terutama, selalu mengkampanyekan; pentingnya membaca dan menulis, mendorong untuk mengunjungi perpustakaan sekolah, menggiatkan gemar ke toko buku, memotivasi membawa buku kemana-mana, membuat gerakan membaca di sekitarnya, membuat taman literasi, dan lainnya.
Budaya literasi yang rendah, akan menyebabkan pengetahuan rendah, negara terbelakang, hoax bergelimang, dan serta sulit bangkit dari keterpurukan. Penyebab rendahnya minta tersebut, menurut beberapa pakar di Indonesia, karena; orang tua tidak mengenalkan literasi sejak dini, orang tua yang meletakkan buku sebagai sampingan dari belanja lainnya, orang tua lebih mendekatkan pada TV dari buku, sulitnya mengakses buku-buku, figur publik yang tidak suka literasi.
Hal di atas menjadi tugas kita bersama, membudayakan literasi, agar Indonesia menjadi negara maju. Dan di antara usaha itu, Jurusan Bahasa dan sastra Arab (BSA) Fak. Humaniora UIN Malang, mengadakan Seminar Literasi dengan pemateri Dr. Faisol (Dosen BSA) , Imaduddin (mhs BSA), dan Ilham Thoriq (Radar Malang) serta bedah buku "Ulama Nusantara" yang tulis oleh mahasiswa BSA UIN Malang prakarsa Dr. Faisol, serta Fakultas Humaniora bekerja sama dengan beberapa sekolah dan pesantren di Indonesia untuk Indonesia bangkit Literasi. .
Di sisi lain, Pondok Leterasi yang berdiri pada tahun 2013, Pondok Pesantren Darun Nun Malang (www.darunnun.com) juga sebagai usaha untuk membangkitkan daya dongkrak masyarakat untuk gemar ber-literasi, selain diwajibkan untuk membaca dan menulis, mereka juga mengabdi untuk membangkitkan literasi di masyarakat, yang akhir-akhir ini diadakan beberapa Workhsop kepenulisan, dan juga bekerjasama dengan Ibu PKK untuk "Ibu-ibu gemar menulis". Dan nantinya, akan dibuat menjadi *kampung literasi*.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar