Minggu, 11 Februari 2018

Workhsop Bahasa Arab di Pesantren Tebuireng Jombang

Halimi Zuhdy

(Kerjasama LPM Tebuireng dan BSA UIN Malang)

----------------------------------------

Bagi pesantren, bahasa Arab adalah makanan renyah sehari-hari, bangun tidur ada dzikir dan mengaji al-Qur'an berbahasa Arab, shalatnya juga berbahasa Arab, setelah itu kajian-kajian kitabnya, 90% dengan bahasa Arab. Sehari-hari, santri seperti ngopi dan sarapan bahasa Arab, lainnya hanyalah menu sampingan.

Dari pesantren Tebuireng, mengalir deras santri-santri yang pintar bahasa Arab, bahkan lulusannya merambah ke berbagai negara Timur Tengah, selain juga menjadi orang-orang penting di Negara Indonesia, dan mereka berbekal bahasa Arab dari pesantren. Pendirinya, KH. Hasyim Asyari, mengarang kitab-kitab berbahasa Arab. Demikian juga dengan pesantren-pesantren lain di Indonesia seperti; Gontor, Sidogiri, Lirboyo, Al Anwar Sarang, Langitan, Al Fatah, Nahdhah Wathan, An Nuqayah, Butet, Al Khairag Palu, Mustafawiyah, Nurul Jadid, Darun Nujah, Rasidiyah, Al Amen, Banyuanyar, dan lainnya.

Bahasa Arab di pesantren adalah kunci penting untuk membuka samudera ilmu. Maka, yang terdetak pertama kali di masyarakat, "kalau ada lulusan pesantren, pasti mereka (santri) bisa bahasa Arab".

Apakah "kepastian bisa bahasa Arab" itu masih mengiang di masyarakat?, atau sudah berubah. Masihkah lulusan pesantren itu bisa baca kitab kuning (bahasa Arab)?. Sepertinya, kepastian itu mulai luntur, karena tidak sedikit lulusan pesantren di berbagai pelosok Indonesia, yang sudah tidak lagi bangga dengan bahasa Arab, dan bahkan 10 kosa kata pun lupa. Tapi, mudah-mudahan hal tersebut tidak benar, Pesantren dan Madrasah akan tetap menjadi kiblat perkembangan bahasa Arab di Tanah Nusantara (Arkhabil).

Pesantren tidak boleh menomor duakan bahasa Arab, ia harus menjadi prioritas, karena ia adalah alat untuk mengkaji dari sumber aslinya (al-Quran, turas, dll), yang sumbernya adalah bahasa Arab. Ruhnya pesantren itu, adalah bahasa Arab. Jika, pesantren tidak lagi peduli bahasa Arab, maka ruhnya menjadi hilang. Ia bukan lagi pesantren, tetapi asrama, kost, dan lainnya.

Pesantren dengan berbagai Modelnya; salaf, modern, atau perpaduan keduanya, harus tetap, bahasa Arab menjadi yang utama. Maka, aneh, jika pesantren tidaklagi bangga dengan bahasa Arab.

Kali ini, Tim Bahasa dan Sastra Arab Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, bekerjasama dengan LPM pesantren Tebuireng Jombang, mengadakan workshop peningkatan kompetensi guru bahasa Arab di Aula lt 3 Gedung Yusuf Hasyim Tebuireng Jombang. Dengan harapan, ustadz/guru/ pengajar bahasa Arab, mampu meningkatkan kompetensinya dalam pengajarannya, tidak hanya menjadikan bahasa Arab sebagai alat (Kajian Qawaid) untuk menguak kitab kuning, tapi ia sebagai alat untuk berbicara, berdiplomasi, menterjemah teks-teks kekinian, pemandu wisata, perdagangan, dan lain sebagainya. Dan lagi, bagaimana santri tidak hanya mampu memaknai kitab kuning, tapi mengarang kitab. Kita bisa bayangkan, seandainya satu pesantren setiap tahunnya mampu menerbitkan satu kitab saja. Maka, akan ada 25ribu kitab yang terbit di Indonesia. Itu, kalau ada 25ribu pesantren, kalau lebih, maka tinggal membayangkan saja. Betapa dahsyatnya buku-buku terbit dari kalangan Pesantren. Dulu, selain pesantren tempat mengaji, kyainya juga menulis kitab. Mudah-mudahan kedepan, karya santri, ustadz, dan kyai lebih banyak lagi.

Pada workhsop kali ini (Sabtu, 10/2/2018), membahas tentang; Isu-isu perkembangan bahasa Arab, Strategi pembelajaran kemahiran berbahasa, Strategi pembelajaran unsur bahasa, Media pembelajaran bahasa Arab, Evaluasi pembelajaran dan Pembentukan Bi'ah Lughawiyah. Dengan Tim Pemateri; Arif Rahman Hakim, Nur Qomari, Hafidh Roziki, Halimi Zuhdy, Khairul Anas. Wa Syuran, ketua LPM Tebuireng Dr. Sholuhuddin yang telah berinisiatif dan bekerjasama dengan BSA UIN Malang.

Semangat peserta menggebu-gebu, dengan permainan bahasa yang menarik dan terbaru, bumbu-bunbu strategi terkini yang disuguhkan oleh TIM BSA, mudah-mudahan Khidmah yang ke 49 bukan yang terakhir, tapi terus berlanjut ke berbagai daerah di Indonesia.

Syukran Jazila Tebuireng.
*Al-lughah Al Arabiyah Syarafun Lana.*

Halimi Zuhdy
Dosen BSA Humaniora UIN Malana Malik Ibrahim Malang

IG : https://www.instagram.com/p/BfA2schhUhP/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar