Halimi Zuhdy
Ketika Takdir Allah sudah menggiring seseorang pada perilaku tertentu, maka tiada yang mampu menolaknya. Bagaimana tidak, ketika mentari baru beranjak dari peraduannya, Sepeda motor Revo saya melesat dengan kecepatan di atas rata-rata untuk mengejar setiap detik waktu yang begitu berharga, mengantar dua anak dari arah yang berbeda, Jl. Arumba Tunggul Wulung dan Jl. Bandung, dan mengejar waktu untuk bisa mengajar Ta’lim di Ma’had al-Jamiah.
Ketika berada di jalan Bandung, klik, Lampu yang menyala terang saya matikan, agar tidak melawan Mentari yang mulai tersenyum derang, hitung-hitung hemat energy.he. Tetapi, apalah manusia yang hanya bisa berbuat semampu diri, Helm ada, spione lengkap, eh ternyata ketika melintas di depan Brawjiaya, tiba-tiba Bapak Polisi dengan senyumnya yang khas, menghentikan laju dzikir setiap roda menuju Ta’lim, “Anda Tidak Menyalakan Lampu, Tolong ke Pinggir”.
Saya pun menggiring sepeda motor yang setia menemani 9 tahun, selama itu pula tidak pernah Bapak Polisi bersilaturahim dengan sepeda saya, aman. Tetapi, hari ini, ketika ditanya SIM dan STNK, saya hanya bisa terdiam tanpa tegang, kedua tertinggal di rumah.he. karena apapun masalah itu, harus dihadapi dengan tenang, bening hening akan menyelesaikan masalah, insyallah, itu keyakinan saya. Saya ditilang. Saya telepon istri untuk membawakan STNK, tetapi di rumah tidak ada sepeda, akhirnya minta tolong Mbak Ninis, untuk mengantarkannya, “Jangan lupa, Nyalakan Lampu, dan Membawa Surat-Surat Yang lengkap, agar tidak ditilang juga” pesan saya padanya.
Saya pun menuju kampus, setelah menukar STNK dengan Sepeda Motor, dan hari berikutnya harus mengikuti sidang. Setelah di kampus, ada peringatan di grup WA, _“Bilamana pagi ini mau menuju ke Pertigaan ITN-MATOS, silahkan dilengkapi surat-surat berkendaraannya, dikarenakan ada RAZIA….”. Trengggg. .Saya balas “Alhamdulillah, saya sudah ditilang”. Peringatan ini bukan terlambat untuk saya baca, tetapi memang seperti itulah takdir, Allah memberikan pada waktunya. Kadang ada yang aman dalam berbuat salah, sehingga dia akan mengulangi kesalahannya. Seperti orang yang aman dalam melakukan dosa, karena tidak pernah diketahui oleh orang lain, sehingga terus-menerus melakukan dosa itu. Tetapi, ada yang baru belajar mencuri sudah ketangkap, tetapi itulah kasihNya. Maka ketika tertangkap itulah, kita bersyukur kepada Allah, agar kesalahan tidak terulang lagi, berarti Allah sayang kepada pelaku dosa dan kesalahan yang ketahuan ketika melakukan itu. Agar orang tersebut tidak terus menerus melakukan dosa. Terima kasih *“Pak Polisi, Kau telah menilangku”*
Ada lintasan yang terbersit di hati setelah ditilang, “Pak Polisi, Mengapa matahari yang begitu derang, tak cukup menyorot jalan. Apakah jalanku gelap, sehingga harus aku nyalakan lampu di terang mentari”? akhirnya saya cari tahu, mengapa harus menyalakan lampu, ternyata ada tulisan dari Pakar Otomotif, Mas Bebin Djuana, ”Hasil survei mengungkap ketika kita berkendara dari arah yang berlawanan ada sinar yang datang, pupil mata akan tertarik (mengikuti atau tertuju ke arah cahaya). Efeknya, si pengemudi menjadi lebih peduli dan perhatian” Sama halnya dengan cahaya lampu kendaraan yang datang dari arah belakang. "Di belakang pun secara sadar atau tidak sadar bila ada cahaya datang maka si pengemudi akan melirik ke spion. Coba kalau tidak menyalakan lampu pasti sopir tidak mengetahui ada kendaraan di belakangnya,". Dan ternyata, dengan menyalakan lampu dapat mengurangi kecelakaan sampai 50 persen.
Setelah itu saya tulis di grup WA tersebut, _“Gara-gara lampu tak dinyalakan, baru lima menit dimatikan, polisi menilangku. Kuditilang dengan tenang, untung kumasih punya harapan, bahwa polisi hanya sayang dan cinta, bukan tuk menyiksa dan membahanyakannya, apalagi untuk menahan, ia hanya rindu, pada orang sepertiku, karena lampu sepeda saja tidak dinyalakan, apalagi lampu hatiku yang lagi gelap rindu, terimakasih Pak Polisi”.
“Ayo!!! nyalakan lampu di siang hari, bukan karena takut ditangkap polisi, tapi harus sadar diri, bahwa mereka mengatur untuk ketertiban dan sayang pada pengendara, agar tidak terjadi kecelakaan diri dan mungkin membahayakan orang lain. Terima kasih Pak. (Halimi Zuhdy).
Ketika Takdir Allah sudah menggiring seseorang pada perilaku tertentu, maka tiada yang mampu menolaknya. Bagaimana tidak, ketika mentari baru beranjak dari peraduannya, Sepeda motor Revo saya melesat dengan kecepatan di atas rata-rata untuk mengejar setiap detik waktu yang begitu berharga, mengantar dua anak dari arah yang berbeda, Jl. Arumba Tunggul Wulung dan Jl. Bandung, dan mengejar waktu untuk bisa mengajar Ta’lim di Ma’had al-Jamiah.
Ketika berada di jalan Bandung, klik, Lampu yang menyala terang saya matikan, agar tidak melawan Mentari yang mulai tersenyum derang, hitung-hitung hemat energy.he. Tetapi, apalah manusia yang hanya bisa berbuat semampu diri, Helm ada, spione lengkap, eh ternyata ketika melintas di depan Brawjiaya, tiba-tiba Bapak Polisi dengan senyumnya yang khas, menghentikan laju dzikir setiap roda menuju Ta’lim, “Anda Tidak Menyalakan Lampu, Tolong ke Pinggir”.
Saya pun menggiring sepeda motor yang setia menemani 9 tahun, selama itu pula tidak pernah Bapak Polisi bersilaturahim dengan sepeda saya, aman. Tetapi, hari ini, ketika ditanya SIM dan STNK, saya hanya bisa terdiam tanpa tegang, kedua tertinggal di rumah.he. karena apapun masalah itu, harus dihadapi dengan tenang, bening hening akan menyelesaikan masalah, insyallah, itu keyakinan saya. Saya ditilang. Saya telepon istri untuk membawakan STNK, tetapi di rumah tidak ada sepeda, akhirnya minta tolong Mbak Ninis, untuk mengantarkannya, “Jangan lupa, Nyalakan Lampu, dan Membawa Surat-Surat Yang lengkap, agar tidak ditilang juga” pesan saya padanya.
Saya pun menuju kampus, setelah menukar STNK dengan Sepeda Motor, dan hari berikutnya harus mengikuti sidang. Setelah di kampus, ada peringatan di grup WA, _“Bilamana pagi ini mau menuju ke Pertigaan ITN-MATOS, silahkan dilengkapi surat-surat berkendaraannya, dikarenakan ada RAZIA….”. Trengggg. .Saya balas “Alhamdulillah, saya sudah ditilang”. Peringatan ini bukan terlambat untuk saya baca, tetapi memang seperti itulah takdir, Allah memberikan pada waktunya. Kadang ada yang aman dalam berbuat salah, sehingga dia akan mengulangi kesalahannya. Seperti orang yang aman dalam melakukan dosa, karena tidak pernah diketahui oleh orang lain, sehingga terus-menerus melakukan dosa itu. Tetapi, ada yang baru belajar mencuri sudah ketangkap, tetapi itulah kasihNya. Maka ketika tertangkap itulah, kita bersyukur kepada Allah, agar kesalahan tidak terulang lagi, berarti Allah sayang kepada pelaku dosa dan kesalahan yang ketahuan ketika melakukan itu. Agar orang tersebut tidak terus menerus melakukan dosa. Terima kasih *“Pak Polisi, Kau telah menilangku”*
Ada lintasan yang terbersit di hati setelah ditilang, “Pak Polisi, Mengapa matahari yang begitu derang, tak cukup menyorot jalan. Apakah jalanku gelap, sehingga harus aku nyalakan lampu di terang mentari”? akhirnya saya cari tahu, mengapa harus menyalakan lampu, ternyata ada tulisan dari Pakar Otomotif, Mas Bebin Djuana, ”Hasil survei mengungkap ketika kita berkendara dari arah yang berlawanan ada sinar yang datang, pupil mata akan tertarik (mengikuti atau tertuju ke arah cahaya). Efeknya, si pengemudi menjadi lebih peduli dan perhatian” Sama halnya dengan cahaya lampu kendaraan yang datang dari arah belakang. "Di belakang pun secara sadar atau tidak sadar bila ada cahaya datang maka si pengemudi akan melirik ke spion. Coba kalau tidak menyalakan lampu pasti sopir tidak mengetahui ada kendaraan di belakangnya,". Dan ternyata, dengan menyalakan lampu dapat mengurangi kecelakaan sampai 50 persen.
Setelah itu saya tulis di grup WA tersebut, _“Gara-gara lampu tak dinyalakan, baru lima menit dimatikan, polisi menilangku. Kuditilang dengan tenang, untung kumasih punya harapan, bahwa polisi hanya sayang dan cinta, bukan tuk menyiksa dan membahanyakannya, apalagi untuk menahan, ia hanya rindu, pada orang sepertiku, karena lampu sepeda saja tidak dinyalakan, apalagi lampu hatiku yang lagi gelap rindu, terimakasih Pak Polisi”.
“Ayo!!! nyalakan lampu di siang hari, bukan karena takut ditangkap polisi, tapi harus sadar diri, bahwa mereka mengatur untuk ketertiban dan sayang pada pengendara, agar tidak terjadi kecelakaan diri dan mungkin membahayakan orang lain. Terima kasih Pak. (Halimi Zuhdy).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar