Halimi Zuhdy
Puisi lahir dari imaji-imaji yang berkeliaran,
juga lahir dari realitas-realitassekitar yang diwarnai dengan khayal.
Kata-katanya; kadang kaku walau tidak beku,
kadang cair meskipun tidak mencair.
Iaselalu hadir dalam lintasan senjarah,
menjadi juang walau tidak pernahberjuang,menjadi senjata walau tidakmampu mematikan,
atau hanya menjaditeman dalam sepi bagi yang selalu merasakesepian.
Ia selalu unik dalamkehadirannya.
.
Puisi, tidak sebatas kata yang diikatkalimat, dipoles dengan titik dan koma, yang menjadi bait-bait indah disanggullarik, yang liriknya membariskan rasa,
membuat prasa sendiri dalam tubuhnya. Fisiknya; kadang kurus,
kadang gemuk, terkadang sedang. Kurus,
gemuk dansedang tidak membuatnya harus diet,
tambah makana pala ginutrisi, ia selalumenjadi dirinya sendiri. Ia
memliki cara gaya yang
berbeda; metafora, simile,personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme,antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire,pars
pro toto, totem pro parte, hinggaparadoks.
Rimanya
berkelindan di antara huruf huruf, bermusik ria antara kata; di awal, di
tengah, kadang di akhir. Terserah ah, di mana pun ia suka intuk berima.
Karena dalam puisi tak ada paksaan, apalagi harus dipaksa, ia adalah
sungai bandang yang bisa menghentak, ia laut yang mampu mesunami, kadang angin yang
semilir, kadang pula kapas yang manut pada angin.Terserahlah!!. Wajahnya
juga berbeda-beda; di awali huruf sanggul, baris, di akhiri titik,
kadang juga koma, atau tanpa titik dan koma.
Halimi Zuhdy
www.halimizuhdy.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar