Facebook Halimi Zuhdy
Rabu, 08 Maret 2017
FATWA CINTA 49 : Kecil, pada Hakekatnya Besar
Halimi Zuhdy
Kadang kita takut berhadapan dengan orang yang memiliki jabatan tinggi, kekayaan melimpah, atau yang lagi memiliki kekuasaan. Selalu merasa kecil di hadapan mereka, mereka besar kita kecil, ukuran yang sebenarnya tidak ada ukurannya. *Karena gunung tidak akan pernah penjadi gunung yang besar, tanpa kerikil-kerikil kecil yang menyatu, dasyatnya sunami tidak akan mampu menghempaskan tanpa gelombang kecil yang mengitarinya. Kecil, bukanlah ukuran kekalahan, atau kerendahan, ia hanya sebatas sangkaan. Karena kecilnya atom mampu menghancurkan Nagasaki dan Hirosima*.
Burj Khalifah bangunan tertinggi di dunia, tidak akan pernah menjulang, tanpa debu-debu kecil, bercampur kerikil dengan orkesta semin dan ornaminnya yang kadang tak terlihat. Maka, mengapa kita selalu merasa kecil dalam semesta yang juga kecil di hadapanNya, sesama makhluk tidak boleh merasa rendah, karena yang mengukur rendah dan tingginya pangkat adalah Allah swt.
Maka, tidak boleh merasa kecil di hadapan pembesar yang pada hakekatnya adalah kecil, mereka yang merasa besar karena kita merasa kecil, bumi yang kita pijak juga sangat kecil, dibandingkan dengan banyak planet-planet lainnya, Galaksi Bima Sakti yang besar, sebenarnya juga kecil, karena masih ada yang lebih besar darinya.
Indahnya kalimat, karena terangkai dari berbagai kata, dan kata-kata mampu dibaca dengan cinta, jika bergelimang huruf-huruf, huruf pun tak bermakna, jika tak pernah ada garis yang melingkar, dan garis itupun sebenarnya dari titik-titik kecil yang tergaris.
Kita boleh merasa besar bagi orang yang sombong, dan kita adalah sesatu yang kecil dari orang-orang yang tawadhu’, maka tidak apalah kita dianggap kecil, karena sesungguhnya kecil di hadapanNya, tapi insyallah tetap menjadi manusia istimewa yang dicipta. Fi ahsani taqwim.
Tetaplah Tawadhu’ walau berada di tempat tinggi dengan derajat yang menjulang, dan tetaplah besar ketika semua orang menghempaskan, karena suatu saat akan kembali menjadi hempasan lautan yang kan kembali kelautan peradaban.
Besar kecil hanyalah ukuran kasat mata, ukuran sandal yang besar hanyalah untuk orang besar, demikin ukuran kecil sandal yang kecil hanyalah untuk yang kecil, tapi sulit bagi orang besar memakai sandal kecil, ia akan kesakitan bahkan tidak akan mampu berjalan dengan gembira, sedangkan sandal besar yang digunakan orang kecil juga tidak akan mampu berjalan lama, ia akan kesulitan untuk melangkah. Maka, biarkanlah ukuran itu hanya menjadi ukuran rasa, tapi bukan ukuran rasa yang sebenarnya, tetaplah kecil di hadapaNya, dan selalu pede berada dihadapan selainNya. Allah ‘alam bishawab
Malang, 08 Maret 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar