Selalu ada yang
menarik, ketika melakukan sesuatu, mencoba yang baru, membongkar yang lama dimodifikasi
kembali, atau yang lebih menarik adalah berani untuk berbeda dengan merasakan
hasilnya. Sesuatu tidak harus tetap, istiqomah, dan paten. Karena sesuatu yang
dianggap bagus, belum tentu selamanya bagus, bisa saja ada yang lebih bagus,
walau anggapan “bagus dan
lebih bagus” sesuai dengan
selera yang menilainya.
Kita sama-sama
mengetahui, bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, bahkan sesuatu yang dianggap
sempurna, selalu tampak
kekurangannya. Maka alFaqir beberapa
tahun terakhir memperhatikan beberapa
metode Membaca Kitab Kuning yang dianggap bagus oleh orang, tertanyata hasilnya
diluar kenyataannya, atau kurang memuaskan, baik bagi pengguna dan juga
bagi tutornya. Ketidakpuasan yang saya maksud, adalah ketika metode ini saya
ujicoba sendiri setelah mengikuti serangkaian pembelajaran yang harus ditempuh,
ya…metode itu hanya menjadi serangkaian seremonial tetapi kurang memuaskan. Tetapi,
saya sangat salut bagi pendidik, guru, ustadz, kyai yang selalu mencari metode
terbaru dalam mempermudah atau mempercepat bisa membaca kitab kuning, Karena tidak
semua orang memiliki ide dan kemudian dituangkan dalam satu buku, yang kemudian
diujicobakan, ada yang berhasil, ada pula yang tidak berhasil.
Di sinilah yang saya maksud, bahwa tidak ada metode membaca
kita kuning yang paling bagus, semuanya bisa bagus, atau semuanya biasa-biasa
saja. Karena, sebuah metode ketika diujicobakan pada komunitas tertentu
hasilnya luar baisa, tetapi ketika komunitas yang lain menggunakan, hasilnya
tidak seperti yang diinginkan. Maka, saya memiliki kesimpulan, relativitas
metodelogi. Artinya, kita tidak harus puas dengan metode tertentu, kita
harus selalu mencoba, berkreasi, dan beraksi, untuk menemukan metode yang “paling
bagus” sesuai dengan keinginan santri, siswa atau mahasiswa, walau tetap saja
tidak ada kesempurnaan dalam metode yang kita ciptakan, ya..minimal kita telah
berbuat untuk umat untuk membisakan membaca kita kuning.
Alfaqir, dalam hal ini mencoba menggabungkan beberapa
pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain dalam belajar membaca kita kuning,
ada yang merasa kesulitan dalam membaca dan memahami, ada yang kesulitas
memahami saja, ada yang membacanya kesulitan tetapi cepat memahami isi atau
kandungannnya. Dan ada pula yang hanya belajar teori atau kaidah-kaidah saja
tanpa banyak membaca kitab, ia sangat menguasi ilmu nahwu dan sharaf, tapi
masih kesulitan membaca kitab. Ada pula yang
tidak peduli denga kaidah Nahwu dan sharraf, dan membacanya juga kesulitan, ada
yang bisa membaca, fasih memberikan arti tetapi sulit memahami, dan lain sebagainya. Maka saya, mempunyai
kesimpulan dalam pembelajaran Membaca Kitab Kuning ini dalam tiga hal; Tadriby
(tadhbiq), Nadzary, dan Siyaqi. Insyallah dengan memahami tidak hal ini santri
atau siapa pun yang ingin belajar Kitab Kuning akan lebih mudah dan cepat. Wallahu
‘alam bishawab.
Tentang “Tadriby (tadhbiq), Nadzary, dan Siyaqi (Natasi)
”akan saya jelaskan dikesempatan yang lain.
Halimi Zuhdy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar