Beberapa puluh tahun terakhir ini, hari Ahad mulai lenyap, dan
bahkan ketika kita bertanya kepada siswa atau mahasiswa atau halayak umum,
mereka sudah tidak lagi tahu asal-muasal Minggu yang berasal dari hari Ahad. Dan mereka
dengan entengnya menyebut hari Ahad dengan hari Minggu. Dan yang lucu lagi,
banyak yang tidak mengenal bahwa hari hari yang ada di Indonesia berasal dari
bahasa Arab, Senin (isnain), Selasa (sulasa’), Rabu (arbia’), Kamis (khamis).
Jumat (Jumuah), Sabtu (Sabt).
Setelah penulis telisik dari berbagai leteratur bahwa hari
Minggu adalah nama yang diambil daribahasa Portugis, Domingo yang berarti “hari Tuhan kita”, dan akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kemudian kata ini dieja
sebagai Minggu. Hari tersebut, Bagi salah satu umat yang ada di dunia, yaitu
umat Kristen, nama hari
Minggu selain diidentikkan dengan Hari Tuhan, juga sebagai hari kebangkitan, hari
peristirahatan dan hari untuk beribadahdan pada hari Minggu ini umat gereja
memperingati hari Minggu sebagai hari perhentian bagi orang Kristen sekaligus
hari peringatan akan kebangkitan Yesus.
Dan menjadi lucu, ketika lembaga pendidikan dan
lembaga-lembaga lainnya memulai aktifitasnya dengan hari kedua, yang seharusnya
(kalau mengikuti arti bahasanya) aktifitas atau kegiatan apapun dimulai dari
hari Ahad, bukan hari Senin. Mengapa? Karena hari Senin berarti hari kedua,
dari satu pekan. Dari perubahan hari inipun, berupa seluruh budaya yang terkait
dengan permulaan hari, banyak lembaga yang memulai dari hari Senin, karena pada
hari Ahadnya aktifitasnya diliburkan mengikuti makna dari hari Minggu (hari
Istirahat), yang “kalau mengikuti maknnya” seharusnya memulai aktifitasnya
adalah hari Ahad (hari pertama dalam satu pekan). Minggu menurut wekipidia pada
tanggal 7 Maret 321, Kaisar Konstatinus
I, menetapkan hari Minggu sebagai hari peristirahatan bangsa Romawi.
Para reformator gereja, Luther dan Calvi memandang hari Minggu
sebagai institusi sipil yang dibuat oleh manusia, yang menyediakan waktu bagi
manusia untuk beristirahat dan beribadah.
Dan saya masih salut pada beberapa pondok pesantren,
madrasah dan lembaga-lembaga lainnya yang masih menerapkan hari libur, pada
hari Jumat. Karena hari Jumat (bagi umat Islam) adalah sayyidul Ayyam, hari
penuh berkah dan hari untuk banyak melakukan peribdatan kepada Allah. Ternyata
berubahnya nama hari sangat berpengaruh bagi berubahkan sebuah kebudayaan. bagi
umat Islam sendiri, hari Ahad sudah banyak dilupakan, karena maraknya kalender
dan media yang menggunakan hari Ahad dengan hari Minggu. Dan juga, banyak yang
tidak mengetahui bahwa hari Ahad adalah hari pertama dalam satu pekan.
Perubahan hari Ahad menjadi hari Minggu ternyata sudah
berjalan lama, sekitar tahun 1988. Apakah kita tetap menggunakan hari Ahad atau
hari Minggu, itu terserah pembaca, tetapi kalau konsisten dengan hari dalam
satu pekan di Indonesia, maka menggunakan hari Ahad lebih tepat dari pada hari
Minggu.
Tulisan ini hanya sebuah refleksi sederhana saja, yang
penulis sudah lama bertanya-tanya kenapa hari Ahad berganti hari Minggu, dan
kebetulan penulis belum biasa menggunakan hari Minggu ketika di Pondok
Pesantren, dan sampai hari inipun, penulis selalu menjawab hari Ahad ketika
ditanya anak-anak mau berlibur kapan?he.
Mudah-mudahan hari lain tidak tergantikan dengan nama yang
lain lagi. cukup hari Ahad saja, dan penulis tetap menggunakan hari Ahad, walau
pun hari Minggu selalu hadir di akhir pekan. karena hari Minggu adalah hari
dipekan terakhir, bukan hari pertama sebagaimana dibeberapa kalender yang
meletakkan hari Sabtu diakhir, dan hari Minggu di Awal.
Mudah-mudahan menjadi refleksi bersama. bukan untuk
diperdebatkan, tetapi hanya untuk direnungkan. karena perubahan seperti di atas
sering terjadi, jika suatu Kaum latah, atau kalah dalam memasarkan keilmuannya,
atau kalau dalam perpolitikan dunia, atau latah pada sebuah kemajuan dari
sebuah peradaban tertentu.
selamat berakhir pekan, dan mari kita mulai dengan hari
Ahad.
Halimi Zuhdy
http://halimizuhdy.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar