Facebook Halimi Zuhdy
Selasa, 17 November 2015
Duka para Burung
Halimi zuhdy
Meriahnya gersang,
menorehkan duka burung burung yang tak lagi bernyanyi
Pagi Merangkai siul di krangkeng kemewahan
Wajahnya sendu,
berselimut pekat
Rumah rumah bertingkat,
merayakan hasrat,.
burung bungkam pengap di hotel ini,
kulihat burung burung besi berpesta,
membawa sejuta cita,
dengan angkuhnya berkata, "kubawa orang orang besar di dalamnya, menuntun dunia
sesungguhnya"
Burung burung besi,
berpilot keangkuhan,
merayap demi diri, tak lagi berfikir,
udara dan burung sudah pada mati
Di hotel ini, kulihat kerontang,
walau sawah kering masih menghiasi
Batu batu bumi yang dulu di geraham tanah
Kini berjejer jejer melangit tinggi, menyesakkan hati
Di hotel ini,
kuteringat Imam Nawawi Albantani,
menuntun jiwa tuk menundukkan hati padaNya,
tapi kini, kulihat sejuta jiwa berdzikir hasrat dan pesta dunia
Kutaktahu lagi,
apakah kapitalis burung burung juga ada di sini,
lovebird, kader, kenari, place, branjangan, jiblek, jalak, menjadi komoditi
Terpenjara, tak lagi berpesta udara dan embun pagi
Atau mungkin, udara tak lagi suci,
berbau pipis para politisi dan pengusaha yang hanya tahu berapa uang di negeri ini,
sehingga burung burung diselamatkan dirumah rumah para pengasih hewani.
Wahai burung, bersiullah walau kau di sangkar,
aku tak bisa sepertimu lagi,
dunia ini sudah menjadi penjara bagi budak nafsu diri.
Tersenyumlah wahai burung,
jaga diri dan hati,
aku kan melihatmu di sorga nanti.
Hotel Padjadjaran suites
Tanggerang
Banten, 8/10/2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar