Jumat, 20 Maret 2015

MENGANYAM KATA, MERANGKAI KALIMAT

 Halimi Zuhdy

Aku ini penyihir yang mengubah bayangan zaman menjadi lukisan. Aku penerjemah realita ke dalam fantasi dan sebaliknya aku menyulap warna dan tekstur. Aku melihat masa lalu dan meramal masa depan. Aku menegndarai badai. Aku berjalan di atas rentangan tali akal sehat. Aku hidup di batas dunia. (Peter Dean)

Kata akan mejadi indah jika ia dikeluarkan dari lubuk hati atau dari pikiran yang meronta, ia tidak hanya sebuah hayalan yang indah, tapi sebuah realitas makna yang nyata, ia bangkit dengan seribu keanggunan dari balik otak yang terdalam, menyembul melontarkan makna, menyeruak menembus realitas, kasat menjadi jelas, gelap menjadi terang, ragu menjadi sebuah keyakinan. Kata semakin terasa maknanya apabila ia mampu dilukiskan dengan pahat-pahat kesungguhan, dianyam sedemikian rupa, dan kata itu terurai indah menjadi sebuah kalimat, kalimat cinta, kalimat rindu, kalimat sedih, kalimat-kalimat apa pun ia tetap menjadi sebuah realitas pikiran yang tadinya tersimpan rapat menjadi deburan ombak yang nyata, menerjang bak sunami. Itulah kelebihan menulis.


Dunia menulis memang sering dirasa berat bagi orang yang jarang menulis, apalagi bagi orang yang tidak pernah menulis. Bagi pemula menulis adalah sebuah besi yang sangat berat untuk diangkat, susah dan bahkan tidak bisa sama sekali untuk mengangkatnya. Apalagi bagi para plagiator, yang sukanya menyalin tulisan orang, dibantu teknologi yang canggih seperti sekarang, tulisan apa pun bisa diambil dari internet, tinggal mintak tolong pada Prof. Google, semuanya akan tampak, tinggal dipilih yang cocok dengan keinginan dan tugas-tugasnya. Fenomina ini sering saya temukan dikalangan mahasiswa, dan juga tidak menutup kemungkinan beberapa dosen pun juga ada yang melakukan. Mengapa mereka berbuat demikian, karena merasa tidak bisa menulis, tidak bisa merangkai kata dengan indah, atau mungkin kurang merasa tidak mempunyai nilai ke-ilmiah-an yang baik. Lah itulah penyakitnya “malas” untuk mencoba, meniru, memulai, dan malas untuk berlama-lama di depan komputer, dan yang parah lagi malas untuk membaca dan malas menemukan keindahan dan menuliskannya.

Mereka sukanya meniru (copy paste) punya orang lain jika ada tugas, bukan tidak boleh, boleh-boleh saja tapi bagi pemula…lo, yang masih harus copy paste, tapi hanya untuk belajar bukan untuk diekspos. Masih ingat kisah Prof yang dipecat gara-gara plagiator, mungkin sebelum memiliki gelar MA, Dr, dan Prof,  bisalah dimulai untuk menulis, dari hal-hal yang kecil kemudian menjadi hal-hal yang agak berat, kalau sudah menjadi professor dan tulisan kita kece-kece kan malu.he3. makanya, mereka mencari jalan pintas menjadi plagiator ketimbang menulis dengan tulisan sendiri dan jelek. Tapi sebenarnya, tidak apa-apalah meskipun sudah menjadi Profesor dan mau belajar, mungkin lebih baik.
Mengapa  orang sering tidak pede menulis, lah ini penyakitnya : merasa kurang baik, dan tidak dimengerti orang, atau selalu merasa tulisannya sangat tidak pantas untuk dipublikasikan…kata siapa, mungkin itu hanya kata hatinya yang selalu mengagumi orang lain, tapi tidak memberikan ruang untuk menggumi dirinya (bukan ta’ajub lo), dan tidak pernah mengapresiasi dirinya yang luar biasa, hanya merasa orang lain yang hebat, dirinya lemah, yang sebenarnya dirinya juga memiliki kehebatan yang luar biasa, namun hanya belum waktunya atau karena masih belum dimunculkan dan belum dibiasakan, sehingga kehebatannya masih tesimpan rapat.

Orang-orang kreatif tidak takut menyatakan pemikiran dan perasaannya. Mereka mau menjadi dirinya sendiri (Joyce Mycoff)

Benar kata Joyce Mycoff, karena ketakutan itulah yang mungkin menghambat seseorang untuk menulis, ketakutan menyatakan pemikirannya, ketakutan untuk diejek, ketakutan meluapkan perasaanya. Sehingga yang terjadi adalah kemandekan kreatifitas, sekali-kali harus mencoba untuk menjadi hebat, dan harus dimulai dari sesuatu yang tidak “rasional” menurut kita, tapi menurut saya tidak ada yang tidak mungkin terjadi kalau kita punya keinginan insyallah akan terjadi, harus ada keberanian untuk berbuat. Dan kuncinya merangkai kata, ya mulai dengan menulis huruf, tapi kalau kita sudah enggan menulis huruf bagaimana kita menulis kata dan mencari kata, dan kalau sudah malas untuk mencari kata dan  menyusunnya, kapan akan menjadi kalimat, demikian juga tidak mungkin menjadi paragraf-paragraf  keindahan dan membentuk sebuah opini, esai, artikel dan makalah kalau kita sudah malas untuk kreatif memulai.

Kreativitas berarti kemauan berwisata ke suatu tempat yang baru (Richard L. Weaver II)

Kreatif tidak secara tiba-tiba datang, tapi ada motivasi yang tinggi untuk berkreativitas, kalau kita sudah punya tujuan berwisata dalam rangkaian kata, mengapa harus berhenti untuk tidak mengurai kalimat, dan kemudian menjadikan kalimat paragraph-paragrap yang indah, seingga menemukan realitasnya sendiri. Biarkan semuanya mengalir dan kita tidak harus sama dengan siapa pun, tapi kita adalah pribadi yang unik, yang berbeda dengan lainnya, kalau Ibnu Khaldun menjadi hebat mungkin karena kemauannya tinggi untuk menjadi hebat, dan ia juga unik! Apakah kita seperti Ibnu Khaldun, mungkin tidak akan pernah bisa, tetapi semangat dan kreatifitasnyalah yang bisa kita tiru.

Salah satu ciri orang kreatif adalah hasrat membara untuk melenyapkan pelbagai hal yang membatasi kemauan mereka (David N. Perkins)

Setiap orang mempunyai kemauan, apakah kemauan kita harus sama, mungkin bisa menyamakan semangat, tapi kemauan itu yang sulit untuk disamakan, karena perbedaan kemauan inilah, kita bisa memiliki hasrat sendiri untuk menjadi diri kita, dan mencoba menghilangkan rasa “ketidak bisaan” dalam diri kita. Maka yang terjadi “bisa”. Dari mana kita bisa melakukan semuanya, dari hasrat kita yang membara, dan mencoba melenyapkan kungkungan orang lain dalam benak kita. Baik batasan teori, metode, dan lainnya. Kecuali setelah kita mampu terbang dengan sendirinya, dan menganyam kata dengan sendirinya, mungkin mau meningkatkan kuwalitas “karena ada aturan” maka kita melihat teori dll.
Menulis sebuah seni, seni adalah kreatifitas, kreatifitas sebuah kemauan bertindak, bertindak  dimulai dari memulai……..mari memulai untuk menulis.


Malang, 22 Januari 2011
Kunjungin : http//:halimizuhdy.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar