Halimi Zuhdy
Berbagai
coretan yang terhampar dan terdampar di blog ini http://darunnun.blogspot.com/, sungguh membuat hati saya
senang sekali, mengapa? Karena santri-santri yang tinggal di pondok pesantren terkesan
hanya suka mengaji dan mengkaji, dan jarang sekali menorehkan wawasan
keilmuannya diberbagai media cetak, kecuali santri yang memang memiliki
keinginan khusus untuk menjadi penulis. Tetapi di blog ini
saya menemukan wujud
dan warna lain, semuanya santri berlomba untuk menjadi yang terdepan untuk mengisi shof-shof beradapan dunia dengan
menulis.
Keunikan
santri Darun Nun, adalah menulis dan menulis. Tidak ada santri DN yang hanya
menjadi pembaca, ia harus menjadi penulis, dengan karakternya sendiri, dan
keinginan sendiri walaupun pada awalnya melalui sebuah paksaan, tapi memang sebuah konsekwensi bagi
mereka yang ingin mejadi penjahat dan pencuri ilmu harus berada di Penjara DN
dan disiksa dengan intelektual dan wawasan keilmuan, serta berkewajiban untuk
menulis minimal satu minggu sekali di blog ini, dan diberbagai media massa,
yang pada akhirnya mereka akan memiliki karya berupa buku, dan baru mereka
benar-benar menjadi alumni DN kalau sudah memiliki minimal 2 atau 3 buku.
Blog yang mulai mengalir pada awal
bulan September 2013 ini, sudah dibaca oleh banyak pengunjung, dan sudah memuat
hampir 45 tulisan,
kedepan setiap hari akan ada tulisan yang termaktub di blog DN ini. Karena para
santri mempunyai komitmen untuk menulis satu kali dalam seminggu minimal satu
tulisan, kalau ada 16 santri, maka blog ini sehari akan berisi dua sampai tiga
tulisan dari berbagai genre. Hal ini cukup mengasyikkan untuk selalu
disimak dan dinikmati, karena olah kata karya dari santri selalu memiliki rasa
dan imajinasi yang indah, apalagi pergulatan mereka (santri DN) tidak hanya di
Pondok pensatren tetapi juga berkelindan dengan masyarakat. Ada kalanya
mereka bercengkrama intelektual dalam satu garda, bersengketa ide dalam satu
masa, dan menimba wawasan dari sumber-sumber yang berbeda, dan di sisi lain
mereka harus melebur dengan masyarakat.
Tetesan-tetesan
tulisan di sini, mudah-mudahan menjadi awal dari derasnya karya-karya
selanjutnya, menjadi tombak untuk menerobos hamparan kebekuan intelektual. Orang-orang
besar dengan karya-karya besar tidak ada yang lahir dengan kebesaran mereka,
tapi mereka lahir dengan sumbangan inteletual yang rapi, dari secarik pesan,
kemudian hamparan kalimat mutiara, dan menjadi wacana umum. Artinya, lahirnya
karya besar karena dimulai dari karya kecil, karya kecil lahir karena ada
kemauan untuk berkarya. Dan kemauan terkadang dimulai dari sebuah paksaan, dan
paksaan inilah yang melecutkan para penulis untuk menjadi lebih baik dalam
berkarya.
Halimi
Zuhdy
ku teringat guru yang mengajari ku membuat blog nan cantik hahaha,,,makin keren blognya...
BalasHapuskeren sob
BalasHapuswww.kiostiket.com
Keren sob
BalasHapuswww.kiostiket.com