Jumat, 15 Februari 2013

MENILAI SESEORANG





HALIMI ZUHDY

Peristiwa demi peristiwa silih bergantii, tak pernah berhenti. Setiap hari ada kehebohan yang kita dengar di koran dan televisi, dari urusan hati, pikiran, tubuh dan harga diri. Dari berita lokal, nasional sampai internasional. Peristiwa itu selalu menunggu, siapa yang layak untuk diberitakan hari ini, mereka, atau kita. Dan kita tidak pernah tahu, kapan kita juga akan diberitakan seperti mereka. Semuanya menunggu giliran, dan media siap mengabarkan sesuai dengan seleranya. Tak akan pernah berhenti, selagi masa masih bernyanyi bersama angin yang berhembus tanpa henti, menggiring opini ke seluruh negeri.


Kalau hari ini kita bernayanyi dan bersiul-siul menyaksikan drama kehidupan, kemewahan para artis, kesombongan para pejabat, kemeriahan pesta para konglomerat, berjingkrak-jingkraknya para penyanyi, mengguruhinya para guru, keriuhan para pemegang pers.

Atau hari kini menggenangkan air mata melihat para tersangka korupsi, penikmat narkoba, kegelisahan para pelacur, melaratnya para pengemis dan pengamin, merenggangnya orang-orang yang terserang virus.
Kita kadang suka mencibir mulut pada orang- yang menurut kita- tidak manusiawi, amoral, atau penghianat, dan kita tidak tahu bahwa sebenarnya kitalah yang paling tidak manusiawi, amoral atau penghianat. Karena kita lebih suka melihat satu sisi dari seseorang dari pada sisi-sisi lainnya, atau latar belakang peristiwa yang meliputi mereka, atau bahkan berita yang mengumandangkan tidak berpihak pada mereka. Maka di sini diperlukan kecerdasan menangkap pesan, pesan apa pun yang ada disekitar kita.

Atau kita kadang, atau bahkan sering sekali menyanjung orang yang kita anggap suci, bersih, bermoral, beretika dan hebat. Tapi kita tidak tahu, bahwa mereka hanya sebatas liptis belaka, untuk mempengaruhi, menggerakkan, bahkan merubah untuk kepentingan peribadi yang lebih tidak bermoral. Maka, di sini juga kita harus lebih cerdas memahami seseorang dengan berbagai latarbelakang kehidupannya, tidak hanya sebatas lintasan wajah yang mengembang. Karena kesucian hakiki adalah kesuciannya yang menujunya.

Peristiwa-peristiwa yang melenggang di sekitar kita, hanya sebuah bumbu-bumbu kehidupan, untuk menuju kehidupan yang sebenarnya, ketika kita menilai seseorang tidak harus menilai kebaikannya 100% atau menilai kejelekannya 100%. Karena dibalik persentase itu, ada persen-persen yang tersembunyi yang kadang menakjubkan.

http://www.facebook.com/halimi.zuhdy

2 komentar: