(cerita perjalan mengikuti
Multaqa alumni Saudi Arabiyah)
Beberapa bulan yang lalu saya
mendapat sms dari panitia Al-Multaqa al-thani (pertemuan ke2) untuk mahasiswa
alumni Saudi Arabiyah untuk mengikuti acara multaqa yang diadakan oleh yayasan
Shunduk Khairi al-ta’limi yang disponsori oleh Awqaf al-rajhi di Jakarta.
Antara senang dan sedih saya belum bisa menjawab sms tersebut, senangnya
meninggalkan banyak kewajiban dirumah, seperti pengajian rutin dibeberapa
tempat dan kewajiban mengantarkan anak sekolah, senangnya karena bisa bertemu
dengan alumni dari berbagai universitas Saudi seperti King Saud University,
Ummul Qura, Madinah Universty, Imam Muhammad Ibnu Saud Al-Islamiyah, juga bisa
mendapatkan angin segar dari beberapa du’ad dan muallim dari Saudi.
Setelah mempertimbangkan
beberapa hal, akhirnya saya memutuskan untuk berangkat bersama 3 orang dari
Malang, dua orang lulusan lulusan dari
jami’ah Imam, sedangkan saya sendiri dari lulusan King Saud University.
Ternyata tidak semua teman-teman alumni diundang, hanya utusan dari beberapa
daerah dan dari beberapa universitas. Saya kemudian memantapkan diri untuk
berangkat lewat jalur darat, kereta api, mengapa pilihanya kereta api?, kata
teman saya naik kereta api sekarang lebih nyaman dan enak, berbeda dengan
beberapa tahun sebelumnya, disamping kebersihannya, juga keamanannya. Kalau
dulu naik kereta bisa pesan tiketnya bisa dari calo, dan bahkan banyak tertipu
oleh calo, kalau sekarang harus menggunakan ktp sendiri, dan ketika naik antara
nama di tiket dan ktp harus sama. Kata teman juga, kalau dulu semua orang
sampai kambing-kambing dimasukkan, kalau sekarang tidak lagi, semuanya bisa
duduk dan dijamin mendapatkan fasilitas, itu yang Ekonomi. Sedangkan yang
ekskutif pastinya berbeda.
Mendengar cerita teman cukup
menarik, akhirnya saya survei ke stasium Kota Baru, ternyata keadaan sudah
berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, anteriannya cukup rapi, pelayanannya
menarik dan ramah, dan tampak
orang-orang lebih tenang menunggu kereta api datang, Ini membuktikan ada
perubahan dahsyat dari pelayanan kereta. Kemudian saya melihat beberapa jalur
tujuan yang terpampang di dinding, sangat jelas dan informatis sekali, karena
saya tidak membawa bulpain untuk mencatatnya, saya masuk keruang informasi di
samping ruang pembelian tiket, ternyata papan informasinya lebih mendetail, dan
disediakan brosur seluruh jalur antar daerah, dengan harganya dari harga 51 ribu
sampai 700 ribu rupiah. Tinggal kita memilih ingin yang ekonomi, eksekutif,
bisnis atau yang lainnya.
Setelah merasa cukup mendapatkan
informasi dari stasiun kereta api, saya pulang dan menemui ustadz Selamat
Daraini, salah satu teman yang ingin berangkat, sedangkan ustadz wahid tidak
jadi berangkat dikarenakan banyak meninggalnya jam mengajarkan di kampus. Kami
pun berbincang-bincang, eh ternyata ada perubahan rencana, setelah
mempertimbangkan lamanya perjalanan naik kereta api, sedangkan multaqa dimulai
hari Kamis jam 8 waktu Jakarta, kami pun memutuskan untuk naik pesawat.
Memutuskan naik pesawat bukan
tanpa pertimbangan, selain efisiensi waktu juga pertimbangan keuangan, kalau
naik kereta membutuhkan waktu 19 jam ke Stasium Kota Jakarta, kita akan terlambat 2 hari, belum tubuh yang
digoyang-goyang sampai sehari lebih, wkwkwkw. Tapi kalau naik pesawat kita hanya terlambat 1 hari, tubuh
masih lumayan bertenaga untuk sampai ke Jakarta. Keuangan juga berfareasi,
kalau naik kereta api ekonomi hanya 51 ribu rupiah, ada yang 160 ribu, mungkin
juga ada yang 2 ratus ribu. Tapi kalau naik kereta api ekskutif bisa
menghabiskan uang 3 ratus ribu sampai 6 ratus ribu rupiah. Pesawat juga
berfareasi, kemarin (28/11/2012) harga Sriwijaya Air 590 ribu, Batavia Air 495
ribu, Garuda Air di atas 700 ribu sampai 1juta.
Setelah mendapatkan tiket
pesawat terbang, kami pun mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk menuju
Jakarta, yang tidak boleh lupa adalah laptop dan buku, sebagai teman yang indah
dan mengasyikkan, buku-buku ringan untuk dibaca di pesawat dan kendaraan.
Penerbangan pesawat jam 14.00
dari Bandara Abdurrahman Saleh, kami sempat dibuat was-was karena jam 13.10
menit belum menemukan sopir mobil, takut terlambat, kami memanggil taksi dari
nomor 0341404040, 0341484848, 0341424242, 0341717171, ternyata semua taksi yang
kami hubungi tidak ada ditempat, was-was pun semakin menjadi-jadi, kami mencoba
menghubungi lagi, jawabannya pun sama, setelah beberapa kali alhamdulillah
salah-satu nomor di atas bisa dihubungi, berharap datang 5 menit berikutnya,
eh...lagi-lagi hati kami dibuat was-was, yang kita tunggu tak kunjung tiba,
waktu semakin melesat, harapan tinggal setengah jam, jika kami terlambat
hanguslah tiket dan harapatn ke Jakarta bisa pupus, tapi alhamdulillah ia
datang dan dijalan tidak terlalu macet, kami sampai di bandara jam 13.50 menit.
Kami pun membayar uang tunggu 11 ribu, asuransi 20 ribu, kalau dulu hanya
dikenai uang 6 ribu, kalau naik dari bandara Surabaya sampai 60 ribu.
Jam 14.00 wib pesawat lepas
landas menuju Jakarta, ada sesuatu yang mengusik hati di dalam pesawat, teman
duduk sangat cuek sekali, saya ajak bicara tidak terlalu merespon, tapi saya khusnudhan saja mungkin ia ingin
menikmati tidur, atau dalam kondisi yang kurang sehat atau yang lainnya, saya
langsung membayangkan naik dokar, mobil, kereta api dan bis, lebih nikmat dari
pesawat, wkwkwkw. Perjalanan serasa kurang asyik, Karena setiap saya naik kendaraan
pasti membangun silaturrahmi dengan orang yang disamping saya, minimal tahu
keadaannya, alamatnya dan tentu namanya. Tapi dengan kesabaran menunggu reaksi teman di
sebelah saya, alhamdulillah dia pun sedikit merespon walau waktu mendarat
tinggal 5 menit, tapi tidak menjadi persoalan, yang penting saya sudah punya
saudara.
Sampai di Bandara Sukarno-Hatta
jam 15.30 wib, kami langsung mencari tempat sujud, agar perjalanan menjadi
lebih barakah, kalau mengikuti ego, bisa langsung mencari angkutan khusus
bandara “Damri” agar lebih cepat sampai ditujuan, tapi pilihannya kami kehilangan
waktu salat. itu yang kita tidak inginkan. Setelah shalat, kami menunggu
angkutan jurusan Pasar Minggu, tujuan Hotel Kaisar Duren 3. Kami kira menunggu
angkutan sekitar 10 menit ternyata sampai 3 jam, dari jam 16.20 sampai 18.30.
sungguh melelahkan, ternyata dalam perjalanan kemacetan cukup panjang, dari
Universitas Trisakti sampai Duren, kami sampai di Hotel jam 21.30, kemudian
kami cek in. Malam itu kita nikmati Duren 3 yang dipenuhi dengan gemerlap
gemintang yang malu-malu menyambut datangnya kami.
Bersambung Menuju
Multaqa Thani #2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar