Rabu, 23 Mei 2012

TIPS MENULIS PUISI

 Halimi Zuhdy 


Puisi, sebag`i wakil hati dan pikiran, atau ekspresi dari dalam diri seseorang. Tidak heran, jika puisi selalu memberikan kejutan-kejutan nada dan cinta, rindu dan kebencian, kasih dan permusuhan, juga sering menjelma kata-kata yang sangat menakjubkan, kadang sang penulisnya tidak merasa bahwa puisi terbang begitu tinggi tak kenal bumi, tapi terasa menyentuh bahkan tenggelam dalam perut bumi.


Terkadang ungkapan puisi keluar dengan rasa dan prasa, sehingga membuat hati merdecak begitu dahsyat, membiarkan angan melalang buana menemui malaikat yang selalu Memberikan warna, menghentak-hentak seakan ia bergelombang bersama sunami. Puisi adalah warna perasaan kita, hentakan dan kesedihan hati terukir lewat baris-baris bermakna, membumbung memenuhi kertas putih yang kemudian menjadi begitu indah ketika terbaca, huruf demi huruf seperti gelombang bergumul bergulung menuju pantai asmara.


Puisi dengan berbagai ekspresi menunculkan sejuta aksi, puisi tanpa ekspresi pun akan memberikan ribuan kunci menuju pintu-pintu yang tak pernah rapat terkunci, terbuka masuk tanpa sang juru kunci yang melibatkan hati, pikiran dan aksi.Setiap insan yang masih punya kesadaran diri, ia akan mampu menyerap diri yang kemudian dimunculkan lewat hentakan hati, dan memunculkan aksi lewat hamparan tangan dan dengungan suara.

Bagi seseorang yang suka berekspresi lewat tulisan, ia akan menulikan seluruh prasaannya lewat tulisan. Tapi bagi penikmat puisi, ia dapat merenungi dan membaca bait-bait puisi orang lain. Bagi seseorang yang ingin menulis puisi tidaklah sulit, hanya membutuhkan 5 detik atau hanya 2 detik untuk mengungkapkan prasaannya lewat carik-carik kertas. Tidak butuh berfikir, ia hanya butuh untuk berdzikir, tidak butuh berdzikir ia hanya butuh mengukir, tidak ada ukiran tak akan pernah ada tulisan.

Menulis puisi, membutuhkan penghimpunan rasa dan prasa yang kemudian menulis titik demi titik yang membaris bak penggaris, terbentuk meliuk seperti huruf, huruf tersusun indah menjadi kata.

Beberapa langkah berikut, mungkin bisa membantu untuk memulai menulis puisi sederhana :


1.Membayangkan 
Membayangkan sesuatu yang sudah melekat dalam pikiran penulis, atau peristiwa yang telah terjadi yang menimpa dirinya, atau peristiwa yang paling istimewa dalam perjalanan hidupnya, atau membayangkan keindahan alam sekitar, alam ghaib, atau peristiwa yang menakutkan, atau peristiwa yang membawa diri pada keterhenyakan. Bayangkan apa yang ingin dibayangkan....pasti akan tampak sesuatu itu walau samar, jika masih dalam kesamaran bisa terus dibayangkan dengan sekuat pikiran dan konsentrasi penuh, namun ingat tetap dalam kondisi enjoy.

2. Mengilustrasikan
Setelah dibayangkan kemudian mencoba untuk mengilustrasikan dalam pikiran, atau bentuk coretan-coretan kata dikertas, dileptop, atau media apapun yang mampu mengukir bayangan menjadi jalan untuk mengalirkan kata-kata menuju kalimat.

3. Menggerakkan
Setelah membayangkan,mengilustrasikan, kemudian menggerakkan hati, pikiran dan tubuh untuk memuntahkan kata-kata yang sudah terbayangkan itu. Jangan berhneti pada tataran pengilustrasiaan atau hanya sekedar membayangkan.

4. Menuliskan
Saatnya untuk menuliskan kata-kata itu dikertas yang sudah tersedia, jangan memikirkan keindahan kata-kata terlebih dahulu, biarkan ia berisi dengan penuh makna, bariskan kalimat-kalimat dalam jagat bait. Jangan memperdulikan keindahan dan ketidakindahan, yang penting menuliskan kata-kata yang sudah membeludak untuk muntah...biarkan ia mengalir deras, tanpa henti.

5. Memoleskan
Setelah kata-kata itu tertuliskan di kertas, baru dibaca kembali, ruh yang ada di dalamnya tidak harus dihilangkan, biarkan ruh-ruh itu semakin kukuh dnegan memoles kata-kata dalam bait-bait puisi. Memolesnya dengan majas, metafor dan heprbol dan lainnya.Jadikan kata-kata itu garang, halus, haru, sesuai dnegan keinginan penulis puisi.......Sekarang saatnya memulai menulis
puisi dengan mempraktikkan cara-cara di atas.

3 komentar: