Kamis, 22 Maret 2012

PARADOKS



Halimi Zuhdy

Sore menjelang pentang datang seorang gadis ke kosanku, ia cantik, bermuka oval, kulitnya bak kemilau mutiara diterpa mentari, jilbabnya menjuntai tanah, kulitnya ditutupi kaos kaki, pandangannya menatap tajam ke setiap penjuru ruangan. Aku sedikit heran, kenapa ia menatap ruanganku dengan pandangan curiga, seakan-akan ada sesuatu yang ingin ia cari dan wajib menemukannya. Wanita yang tanpa basa-basi itu merobek seluruh gambar yang menutupi dinding kamarku, ada gambar grup Musik, Ayu yang lagi berpelukan dengan seseorang, ada gambar-gambar yang hanya pakai bikini dan BH, ia merobeknya dengan geram, kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya astaghfirullah. Beberapa menit kemudian, ia duduk di lantai, sambil merobek gambar-gambar menjadi bagain-bagian kecil, sampai wajah-wajah idolaku tidak lagi tanpak seorang manusia. Dengan amarah yang memuncak, saya mengambil buku yang ada di lemari untuk dilemparkan kepadanya, tapi tiba-tiba ia bertanya:

“mas, kenapa kamu memasang gambar-gambar kurang ajar ini?” dengan ketusnya, sambil melemparkan wajahnya kearah barat.
“emang, apa urusanmu, dengan gambar-gambar ini?” jawabku
“kamu ini muslim kaffah atau munafik, atau bahkan kafir sih”? ia bertanya dengan pandangan menatap ke lantai yang masih kotor.

walau wajahnya tertutup kerudung, tapi aku merasakan, ada gumpalan emosi yang menggelantung di dadanya. Seakan-akan gambar artis adalah musuhnya, ia benci sekali dengan gambar-gambar yang tidak memakai penutup aurat, atau gambar roker yang menyebar kegilaan, kadang sambil mabuk, gambar wanita setengah telanjang, atau artis penganut satanis. Dengan rasa penasaran, aku tanya kenapa dia harus merobek gambar-gambar inspiratif itu, dia yang mampu menghilangkan risau dikala stress, memberikan motivasi untuk bersenang-senang, bahkan dapat memberikan obat dalam keadaan hampa.

“mbak, apa yang membuat mbak melakukan ini semua”? aku masih mencoba menahan emosi, agar tidak terjadi pertengkaran.
“hai, kamu masih bertanya, “kenapa”? ia semakin geram. Ia melanjutkan kata-katanya dengan semakin keras.

“kamu terpesona dengan gambar-gambar jelek ini, apakah ini yang membawa kamu menuju jalan Allah, apakah dengan ini jiwamu bisa stabil, bisa tenang, bisa beraktifitas membantu orang-orang yang lagi kesusahan, apakah ini tujuan hidupmu, kau tidak sadar bahwa hidup ini bukan main-main”
“mbak, emangnya mbak tahu diriku” sedikit aku ajak guyon, dan mencoba mengalihkan emosinya. Tapi apa jawabannya.

“hei James, aku bukan tidak tahu apa yang kau perbuat selama ini, walau kamu tidak tahu aku, tapi aku tahu apa yang selalu kamu lakukan di sini, di luar bahkan di kampus” wajahnya semakin memerah, seakan-akan ia akan melahapku, dan seakan-akan sudah lama kata-kata itu tersimpan dalam dirinya.

“emang, kamu tahu apa tentang diri saya?” aku penasaran sekali, benarkah dia tahu perbuatanku sehari-hari.

“kamu suka merokok kan?” ia bertanya dengan nada yang tak begitu jelas
“ia, memangnya kenapa?” aku balik bertanya.

“kamu merokok, berarti kamu sudah terjebak dalam kehidupan ini, membunuh dirimu pelan-pelan dengan ketidak sadaran kamu, kemudian kamu pacaran, itu juga kamu lakukan dengan terang-terangan, sudah tak tahu malu, sesuatu yang dilarang dalam Islam untuk bersentuhan dengan lain janis yang bukan mahram, malah kamu lakukan. bukan hanya itu…kamu suka nonton film bokep juga kan?” ia mencoba membenarkan apa yang dia duga selama ini pada saya.

“benar, aku merokok, aku juga pacaran, dan biasa nonton film bokep, tapi aku tidak pernah menyekutukan Tuhan, aku masih seperti kamu, muslim”. Aku mulai penasaran, apa yang dia akan lakukan pada saya.

“James, kamu ini gimana”? , muslim itu tidak boleh pacaran, dan biasanya dalam pacaran itu pegang-pegangan, Rasulullah melarang keras bagi muslim untuk menyentuh lawan jenisnya, apalagi sampai cium-ciumman, dan lebih jauh dari itu”. Nadanya mulai rendah, seakan-akan dia mengajariku tentang hakekat hidup.
“kalau lihat film Bokep, apa boleh?, aku kan tidak melakukan apa-apa hanya nonton, setelah itu, ya..beraktifitas seperti biasa”. Saya membela diri.

“James, kamu tahu tidak?!. Tahun 1994 di Yogyakarta 99 % mahasiswinya sudah tidak perawan lagi, ini kata Iip Wijayanto, sedangkan anak-anak SMP di Indonesia hasil survei BKKBN 35 % sudah pernah melakukan hubungan sek luar nikah, belum lagi anak-anak SMA, apalagi mahasiswi dan mahasiswa di Indonesia bisa saja sudah lebih dari 50 %, beberapa minggu yang lalu kalau kamu baca Koran, Indonesia urutan ke tiga pengakses film porno terbesar dunia, ini fakta lo”. Suaranya semakin lembut, seakan-akan saya di bawa kesuasana Indonesia yang nyata hari ini.

Tanpa sadar, aku meneteskan air mata, betapa saya selama ini menjadi budak-budak sosok yang ada di gambar yang sudah menjadi serpihan-serpihan itu, dan menirunya tanpa sadar. Betapa saya nista, berlumur dosa telah melakukan making love, melihat film porno yang jelas-jelas ditentang agama. Aku baru sadar, menapa perempuan ini merobek gambar-gambar di dindingku, yang selama ini mengantarkan pada imajinasi tinggi untuk menumbuhkan karya. Ternyata aku salah jalan. Bisik lirih dalam hatiku.

“James, kenapa aku robek gambar di kamarmu ini?, agar kamu merubah idolamu, coba tulisakan ayat-ayat al-Qur’an, kyiai yang pernah mendidik kamu, sampai kamu bisa kuliah di tempat ini, atau hadis-hadis yang inpiratif, dan itu yang dapat mengantarkan kamu pada ketenangan, bukan gambar setengan porno itu, dan kalau kamu ngenet coba cari tulisan-tulisan yang membuat kamu bangkit dan mendekat padaNya, bukan malah buka situs-situs yang dilarang”. Matanya yang tetap menatap lantai, walau suaranya tegas tapi tak ada permusuhan yang terselip dalam kata-katanya.

“terima kasih mbak, kamu telah memberikan ruang terang dalam relung hatiku, mudah-mudahan ini bisa membuat diriku berubah, beberapa kali aku diingatan oleh dosen dan teman-teman, tetapi aku belum menerimanya, karena setiap orang mempunyai jalan hidup, ternyata jalan hidupku hanya untuk bermain-main”.

“James, agar kau bisa disebut muslim beneran bukan muslim paradoks, maka berbuatlah apa yang telah diajarkan agama, tidak seperti kebanyakan wanita yang mengaku muslimah tapi masih pakek rok mini, baju ketat, suka bermaksiat, yang laki-laki juga, suka melakukan hal-hal yang dilarang agama., ini namanya paradosk James”. Jelasnya dengan menggetarkan hatiku.

“ia mbak, terima kasih telah mengingatkan saya”.

tiba-tiba perempuan itu menghilang dari hadapanku, tak ada kata yang terucap darinya, seakan-akan yang datang dan pergi untuk memberikan sambungan kabel hidayah Tuhan padaku. Terima kasih ya Allah telah mengutus seorang wanita yang membuatku sadar, bahwa perbuatanku selalu ini hanyalah kenikmatan hampa, ucapku lirih.

Malang, 22 Maret 2012

1 komentar: