Halimi Zuhdy
Gemah ripah loh jenawi
Wajah-wajah ceria melenakan hati
dari kulit yang berbeda, menampakkan budi
pakaian adat yang terpancang
bukan tuk ego yang terpasung
dari kemben
sampai koteka
bukti budaya merdeka
walau mereka tak pernah ketawa
karena kutukan sang dewa
pesona tari : tari serimpi,topeng, patai, ledo
teregus, berganti Jazz, pop, rokk, R&B yang melenakan
ia tak lagi bermatra,
hanya sebagai pemuas nafsu belaka
pakaian bukan lagi untuk menutup
tapi hanya sebagai muslihat,
pemanggut mata yang tak pernah terkatup
membalut, kadang lepas seperti belut
budaya
Indonesia terkilir
terangsung globalisasi yang deras mengalir
terangsung globalisasi yang deras mengalir
bangga,
adat yang menghilang
karena
para cukong internasional mulai mengekang
toh….walau budaya masih bertahan
hanya sebagai kenangan,
bahwa kita pernah punya budaya
tapi, ia hanya sekedar wayang
untuk mempromosikan keindahan
mereka tak tahu, telah tertipu
budaya kita hanya sebagai hantu
tergerus Barat dan Timur, yang mulai menyatu
pilu kusaksikan, budaya yang menghilang
dari tanah kelahiran
berganti kostum-kostum yang pelacuran
dari tanah yang tak kukenal
atas nama kemajuan,
budaya tergadaikan
dari baju sampai celana dalam
meniru, seakan-akan tak pernah terbudayakan
adat istiadat yang menghilang
ditelan keseronokan,
mengumbar kemewahan
bukan apa, tapi mengapa selalu
terpromosikan
rumah-rumah Menang, Gadang, Seleso, Limas, panggung
berganti gedung-gedung mewah,
berpoles ego dan imprialisme
makanan dengan seribu bumbu
dengan jampi-jampi penuh rindu
Rendang, balado, asem, penyet, lento, kare, presto,
gudeg, ronde, cingur
Mengeras di balik kulkas, teregut Seafood, Medonal,
Kfc
Bangga, membeli dan menjual kapitalisme,
demi perut membusung, atas nama “investasi”
pasar-pasar Rakyat, terdampar
beralih Mall, yang menyengsarakan
took-toko kecil rakyat menghilang,
terjepit ruko, mini market, yang mengusai kedhaliman
sungguh, budaya Indonesia dalam rengkuhan keterasingan
Malang, 1 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar