Halimi ZUhdy
Kuterenyuh melihat kata tergeletak
Dipinggir jalan raya dan setapak
Tak ada kuasa yang teraih
Kata itu tak berkata, walau hempasan semakin merajalela
Robek dicakrawala penguasa
Sebagai pisau menyayat harta dan tahta
Kalimat demi kalimat semu
Kabur terkubur oleh kehampaan hati yang tak subur
Sang peramunya menjauh dari rontal keadaban
Kata-kata hanya bingkai
Untuk memoles bantal, menuju keempukan rasa dan kuasa
Sajak-sajak pun, kini bergelombang sendiri bersama keributan
Terpasung dalam demonstrasi, diusung demi harkat diri
Tapi nyatanya, sebagai selubung nafsu yang etrkebiri
Sajakku, tunggu aku didermaga
Akan kuajak bernostalgia bersama syair dan puisi, menjelajahi gurindam
Menyambut pantun yang mulai tak santun....
Mari....
Malang, 28 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar