Cinta, selalu dikaitkan dengan bau-bau nafsu, meskipun kadang antara nafsu dan cinta sangatlah tipis, kadang sulit dibedakan bagaimana, saking sulitnya cinta itu adalah nafsu, nafsu itu adalah cinta….ah bagaimana ya, membedakanannya? Tema ini saya akan bahas pada tulisan selanjutnya “cinta vs nafsu”.
Kembali pada persoalan struktural cinta, cinta bukan hanya huruf-huruf yang tersusun rapi, yang enak didengar, atau yang bisa dimaknai begitu saja dengan mengurai huruf-hurufnya c-i-n-t-a. atau dilambangkan dengan daun warna merah diterjang dengan panah, kemudian dipenjara dalam sangkar (terbingkai).Sebegitu mudahnya, atau sebegitu kejamnya. Cinta seakan-akan hanya tusukan, tanpa sebuah keindahan dan pendampingan. Cinta pada akhirnya berlabuh pada sebuah keterpurukan dan keterlukaan.
Pertanyaannya, bagaimana melihat struktur kata cinta? Kata “cinta” tidak akan pernah bergerak, terbang, bergelombang, menembus, membelai, menerpa, menyapa tanpa dikaitkan dengan kata-kata yang lain. Misalnya “saya cinta kamu”…titik tekannya adalah kata cinta, meskipun disana ada kata saya dan kamu, namun keduanya hanyalah sebagai subjek dan objek, meski pun hanya sebagai subjek dan objek, tanpa keduanya tidak akan pernah dikenal kata cinta, mengapa? Itulah struktur, adanya keterkaitan satu dengan lainnya. cinta ketika ditulis seribu kali, hanyalah menjadi sebuah tulisan tanpa makna, jika tidak dikatikan dengan kata-kata yang lain, atau kata-kata yang lain yang mengitarinya, namun tidak memiliki kejelasan makna, hanyalah sebuah rangkaian yang tak berguna. Maka, cinta menjadi berarti jika disana ada kata aku dan kamu, dia, atau kita. Dan ketika cinta hanyalah aku, akan menjadi sebuah keakuan (keegoisan), atau kalau cinta hanya kamu (keegoisan) tanpa aku, atau cinta menjadi kata kami (kesemuanya) ia bisa jadi rebutan. Bagaimana cinta itu menjadi sebuah ornamin, musical, keindahan..maka di sinilah..pentingnya struktur cinta yang rapi.
Malang, 01 Januari 2011
Apa bedanya cinta dan sayang? :D
BalasHapus