Beberapa hari ini saya tidak menyentuh kata-kata dengan jari-jemari, hanya saja kata-kata itu tertuang mesra lewat mulut, yang kemudian menghilang bersama angin, kecuali beberapa orang yang mau menyimpannya di memorinya dan kemudian tertuangkan kembali lewat mulut atau tulisan. Sebenarnya bisa saja dijadikan alasan, ketidak mesraan tangan ini dengan kata-kata, dengan alasan kesibukan, tapi pantaskah..! beberapa hari kemarin disibukkan dengan conference International ADIA (asosiasi dosen Ilmu-ilmu Adab) yang dihadiri oleh beberapa Negara misalnya Saudi Arabiya, Sudan, Libia, Qatar, Iran, Singapura, Oman, dan beberapa Negara Timur Tengah lainnya, acara yang sangat marak dengan kajian-kajian intelektual, sungguh pertemuan yang sangat jarang terjadi, pertemuan antar intelektua, budayawan, sastrawan, penyair…..!
Kata-kata yang seharusnya saya tuangkan dalam harian pagi, tak sanggup kuuraikan, karena ada keindahan yang lebih menarik untuk saya rajutkan dalam ingatan dan pikiran, yaitu rajutan ilmu yang disampaikan oleh para penyaji (bahist) dari berbagai Negara, dengan berbagai latar belakang yang berbeda, dengan keilmuan yang mendalam. Meskipun itu bukan sebuah alasan, tapi menyedot perhatian untuk saya alihkan dengan menyedot bukan menuangkan, karena ketika tangan terus berdzikir dengan untaian tasbih, sedangkan pikiran merana dan meradang kedunia lain, maka sungguh kerugian besar, sama seperti penulis…yang tangannya terus berpesta dengan keyboard sedangkan pikiran tidak konsen dan hilang dari peredaran kata, maka sebuah ungkapan yang sia-sia.
Mungkin, hari ini nostalgia itu saya baru haturkan, dengan sebuah ungkapan puisi ala Halimi Zuhdy
Kata tak berbicara
Tapi ia selalu bersua
Kata, tak berpisau
Tapi ia selalu menikam
Ia menggores, merobek tubuh
Membakar hati, memeras otak
Bahkan membua teraka jahannam dari diri
Tapi,
Ia juga selalu membuai angan
Menina bobokkan pikiran
Membuat cinta yang berantakan
Membuat rindu, yang berserakan
Ia…adalah sorga, bagi lembara-lembaran kelam
Sungguh, ia tak bisa berpisah dalam hidupku
Ia, adalah benalu…yang membuat sakau
Ia, tembakau yang kering, tapi berangan
Ia, rerumputan…yang menghijaukan mata
Ia, keris yang menikam
Ia…adalah sukma kalimat
Yang membuat paragraph-paragrap cinta
Sungguh, aku ingin selalu bernostalgia dengan “Kata”
Membentuk kerinduan dengan “kalimat”
Malang, 16 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar