Facebook Halimi Zuhdy
Rabu, 14 April 2010
PENULIS NARSIS
Berbagai media sering menyuguhkan opini, artikel, esai, puisi, cerpen dan lainnya, dan berbagai karakter penulis juga bermunculan, ada yang agamis, sekuler, liberal, fundamen, ecek-ecek, dan tak berpendirian. Ya itulah dunia, selalu menyuguhkan berbagai hal, dan memang tidak harus sama, karena air dari belahan bumi yang mengalir juga tidak sama tetapi tujuannya juga samudera, toh kalau sudah berada di samudera air apa pun berubah menjadi air tawar, demikian juga gelombang yang ada di lautan untuk menuju pantai saling saut meyaut, tidak hanya satu arah, maka dari berbagai karakter itu akan memunculkan gelombang dahsyat, biasa, dan malah tiada gelombang.
Penulis dari berbagai karekternya, seperti yang saya sebutkan, ada juga penulis yang saya anggap berani tapi juga kelewatan adalah para penulis narsis (itu pendapat saya lo), siapakah penulis narsis itu, mereka yang lebih mementingkan pemikirannya, pribadinya, kemauan hatinya dari pada melihat pendapat orang lain, bahkan moh (benar-benar tidak mau) akan pendapat orang lain, ia selalu mempertahankan pendapanya meskipun pendapatnya keliru, ia juga tidak mau dikoreksi oleh teman sejawat atau siapa pun yang ingin mengoreksinya, ia menganggap tulisannya adalah kebenaran yang harus diamini oleh orang lain, bukan ia mengamini pendapat orang lain, dan juga penulis narsis juga punya karekter selalu memunculkan kediriannya, dirinya yang sempurna, dirinya yang paling utama dan dirinya lah yang hanya mampu menulis ide tersebut. Penulis narsis, juga tidak pernah mau berempati dengan orang lain, meskipun tulisannya sering membuat orang lain marah, kacau balau, dan tidak pernah mementingkan lingkungan social atau tidak mau tahu apa yang akan terjadi, ia tidak mau tahu, yang penting ia menulis, menulis dan menulis, meskipun tulisannya kadang tidak ada manfaatnya.
Selain cirri diatas, penulis narsi memiliki cirri yang lain yaitu Perfersionis dan harus selalu menjadi pusat perhatian, terkadang menciptakan situasi yang memungkinkan dirinya menjadi pusat perhatian, dengan tulisannya ia selalu menciptakan keagungan diri, kesombongan diri, dan bagaimana orang lain mengakui kehebatan dirinya.
Penulis narsis seperti inilah yang membahayakan kelangsungan kehidupan yang harmonis, karena tidak memahami bahwa dunia ini terdiri dari berbagai komponen, dan semua ciptakan berkomponen, tidak hanya berdiri tegak dengan kediriannya, sedangkan penulis narsis tidak memahami komponen itu, maka yang terjadi adalah pengagungan diri, kalau pengagungan itu sudah melekat pada dirinya maka akan terjadi ketidak pedulian pada yang lain, jika tidak ada kepedulian, maka ha ini akan menyebabkan kerusakan yang sangat serius.
Media, tidak pernah salah dalam menyuguhkan berita, opini, artikel, dll, tapi yang salah adalah sejauh mana pemahaman kita pada media itu, dan bagaimana pula kita mampu menginterpretasikan apa yang ditulis oleh media, tapi media juga harus tahu diri apa berita apa dan tulisan apa yang pantas dikonsumsi oleh halayak dan dimana berita mana yang harus dikonsumsi oleh pribadipribadi tertentu, lah..ini yang sudah mulai hilang di Indonesia, anak kecil sudah terbiasa mengkonsumsi berita sek dll sehingga tidak sedikit anak yang baru bau kencur sudah pinter berbicara sek dan melakukan skandal sek dengan. Dan parahnya lagi jika media tidak mensaring siapa penulis yang narsis dan penulis yang anarsis.
Bagaimana menurut anda?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kalau saya kira2 masuk kriteria penulis narsis juga gak tadz..?? :(
BalasHapus