Tulisan ini saya dedikasikan pada orang-orang yang tidak ingin meninggal dalam kondisi kelaparan, pada manusia yang selalu memangsa hak keabadian yang tak pernah abadi, pada manusia yang selalu berperang dengan prasangka abadi dan tidak pernah tahu keabadian yang benar-benar abadi, pada manusia yang siang malam mencari sesuap keutuhan dirinya.
Kau lihat segenggam emas
Kau perlihatkan segunung mutiara
Kau terperangan dengan bahtera dunia
Kau tidak salah
Karena kau punya nafsu yang menggelora
Kau kerahkan kerah bajumu
Memoles wanita pujaan nafsu
Kau kerahkan keringat dinginmu
Menemukan pria tanpa baju
Kau tahu itu dunia, tapi kau tak pengenal kefanaannya
Siang malam, kau belagu
Mencari dunia, yang tak pernah tahu
Ke-tahu-an mu hanya tahu
Tapi tak tahu kedalaman yang Maha Tahu
Kerena Ia adalah penentu umur dunia yang sekejap itu
Tapi, kau terlena dengan sorga dunia, yang telah mengukir kalbu
Jika kau tahu, kau hanya sedetik terbelenggu
Kau akan terlempar di bukit yang berbatu
Atau, kau akan tenggelam dalam sorga penuh rindu
Dunia kau pertaruhkan
Demi nafsu yang terangkai
Dalam hati, pikiran bahkan badanmu
Tak lagi tahu
Kau hanya sekejap, kemudian menemukan maut-mu
Semua yang berujud
Akan fana
Yang kau sangka abadi, tak lebih dari sebagai abdi
Fana dalam kefanaan adalah hekekat diri
Mengapa mengunggulkan diri
Kau hanya sepatu, yang tak pernah naik dari kaki
Jika wajah hatimu hanya sekedar pencari hati
Bukan penemu diri
Kau tak akan pernah menemukan ke-dirian-mu
Jika kau masih berada dalam keabadian diri
Malang, 10 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar