Perjalanan seseorang menuju sebuah tempat pasti dilatarbelakangi oleh sebuah motivasi, dia tidak mungkin bergerak kalau tidak ada yang menggerakkan, ia tidak mungin sampai kalau tidak ada yang mengantarkannya untuk menemukan tempat itu. Demikian juga dalam ibadah, misalnya Imam al-Ghazali menyebutkan motivasi seseorang yang berangkat menunanaikan ibdah haji dilatarbelakangi oleh empat macam, wasalâthinuhum li al-nuzhah, penguasa menunaikan haji karena ingin berekreasi, refreshing, menghilangkan kejenunhan, atau sebagai wisata. Wa aghniyauhum li al-tijâroh, dan pengusaha, atau orang-orang yang memiliki kekayaan berangkat ke makkah adalah untuk berinvestasi, menjajakan dagangannya dan yang ada dalam pikirannya mencari keuntungan dalam perdagangannya. Sedangkan wa fuqorouhum li al-masalah, bagi orang-orang yang tidak miskin, mereka pergi menunaikan ibadah haji untuk meminta-minta. Wa ‘ulamauhum li syuhroh, sdangkan bagi para ulamanya mereka menunaikan haji, demi mencari nama untuk menaikkan ketenarannya di masyarakat, agar semakin mendapat pengakuan keulamaannya dikalangan mereka, apalagi sudah berlabel Haji (al-hajj).
Dalam ibadah lainnya, juga tidak terlepas dari motivasi-motivasi, misalnya puasa, ada seseorang yang melakukan ritual puasa hanya ingin langsing, ada juga sungkan kalau tidak berpuasa, atau karena takut didiskreditkan oleh masyarakatnya, atau ,elakukan puasa karena takut Allah. Demikian juga zakat, seseorang berzakat karena memang melakukan kewajibannya, ada juga karena gengsi kalau tidak berzakat, atau hanya ingin lebih masyrhur dan menghambur-hamburkan uang agar disebut orang kaya, dan masih banyak motivasi-motivasi yag melatarinya.
Motivasi tersebut bertingkat, ada yang paling rendah dan mungkin tidak terpuji iaitu riya’, don motivasi ibadah yang dilatarbelakangi oleh riya’ ini akan berakibat pada syirik besar jika tidak cepat ditangani atau dicarikan solusi, karena kata Rasulullah al-Riyak syirk ash’ghar “riyak tiu syirik kecil”, tapi jika dijadikan biasa dan terbiasa maka akan menjadi besar. Kemudian, tingkatan berikutnya seperti jual beli, melihat untung rugi, dan kemudian mencari pahala dan tingkatan yang paling tinggi adalah mencari Ridhanya, yang tidak terpengaruh oleh apa pun, dia hanya ingin mendekatkan diri kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar