Tulisannya yang analitis -kritis, membuatku semakin gemar membaca karya tulisnya yang tersebar dibeberapa majalah, Koran, bulletin dan media-media lainnya. Dan menerbitkan banyak buku. Itulah sosok cendikia -produktif, Azyumardi Azra. Dia meniti karirnya dari bawah, dari sebagai wartawan disalah satu majalah sampai menjadi redaktur, editor dan penulis buku-buku ilmiah, yang pada tahun 1999, ada 6 buku yang diterbitkan. Luar biasa, itu kata-kata yang dilontarkan teman-temannya melihat kemajuan yang pesat pada diri Azyumardi Azra.
Ketika masih kuliah di luar negeri, Dia sebagai pekerja buku perpustakaan, pilihan bekerja itu memang cukup menyenangkan karena dia suka membaca. Dan hal itu, sangat bermanfaat dalam menyelesaikan studinya, dari IAIN Syarif Hidayatullah sampai ke Amerika.
Dia adalah sosok pemikir yang tidak pernah diam, malah disela-sela sebagai rektor, dia masih sangat produktif, katanya “menulis bagi saya merupakan sebuah keharusan. Saya terbiasa menulis kapanpun, tidak tergantung mood”. Bahkan, dia terbiasa menulis di mobil atau di persawat terbang.
Untuk menjaga keproduktifannya dalam dunia akademik, yang ketika itu menjabat rektor IAIN Jakarta, dia menyediakan waktu khusus untuk menulis, yaitu waktu sekitar Shubuh. Bangun pukul 03.00, menulis, dan diselingi hanya Sholat Shubuh sampai pukul 07.00, dengan demikian, tak berlebihan kitanya, Azrumardi tidak hanya dikenal di tingkat nasional, tetapi juga Internasional.
Dia memang bukan manusia yang sempurna, dan bukan manusia yang paling istimewa, yang harus diistimewakan. Namun tidak ada salahnya jika dia kita anggap sebagai seorang figure yang sukses dalam meniti karirnya. Dia sosok pemikir- produktif. Keproduktifannya tidaklah berangkat dari binsalabin abra kadabra, yang sekali belajar langsung bisa. Namun, dia adalah sosok yang tangguh dalam belajar, tidak pernah menyerah dalam kondisi apapun. Tekatnya yang tinggi, dia mampu menyelesaikan program doktornya dengan cepat dan baik, meskipun belajar sambil bekerja.
Apa dibalik rahasia produktifnya, sehingga dalam hitungan bulan dapat menerbitkan beberapa buku. Dia mengaku bahwa sejak tahun 1998, selagi menjadi mahasiwa IAIN Syarif Hidayatullah, dia terbiasa menulis sajak dan cerpen berbahasa Indonesia dan Inggris. Alasannya, bahwa sajak dan cerpen itu, dapat melatih seseorang mengembangkan imajinasi, dan kreatifitas intelektual itu menurutnya berangkat dari pengembangan amajinasi. Dia pernah menulis puisi yang sangat panjang antara L.A dan Mahattan, tempat dia belajar di Amerika. Dia menulisnya dalam perjalanan dari Indonesia menuju Mahattan.
Sejak dia di luar negeri, kebiasaannya menulis semakin terasah, seperti menulis esai ilmiah, makalah dan lainnya. Namun, dia tidak meninggalkan menulis puisi, paling-paling untuk pribadi. Dalam sehari, dia harus menulis, dia pernah berkata, “menulis itu membutuhkan disiplin, sebab seharian menulis di kamar juga membosankan,”.
Ketika ia ditanya oleh orang-orang tentang cita-cita, dia berkata,”tak punya cita-cita apapun,” dia hanya melakukan menurut dia baik dengan sebaik-baiknya. Selebihnya ia serahkan pada Allah. Baginya cita-cita bukanlah hal krusial dalam hidup lebih-lebih bersifat obsesi. Oleh karena itu bekal perjalanan hidupnya adalah, “kometmen dalam menjalankan prinsip : yang dikerjakan hari ini, lebih baik dari hari kemaren,”. Dengan menjalankan prinsip sebaik-baiknya, penapaian terhadap sesuatu hanyalah merupakan implikasi dari kometmen tersebut, bukan merupakan suatu keinginan. Dengan demikian tidak mengherankan jika Azyumardi, yang mengaku tidak punya cita-cita ini, justru menjadi figure yang dicita-citankan orang.
Meskipun dia tergolong orang yang cendikia produktif, tapi dalam urusan ibadah dia tidak meninggalkannya. Bahkan Ibadah, yang menjadikan motifasi dan kesuksesan dia, meraih sesuatu yang kadang tidak terpikirkan olehnya. Dia pernah berkata, “Semua langkah sudah diatur oleh Allah dengan rapi dan mulus,”. Dia meraihnya dengan kerja keras penuh kesabaran. Itu juga karena setiap kesempatan datang, dia memanfaatkan sebaik-baiknya, tak lupa menyempatkan berdo’a dan memperbaiki kualitas ibadah. Dia yakin, peran Allah masih tetap terasa dominan dalam kesuksesan itu.
dia merasa bahwa yang dia dapatkan selalu jauh dari dugaan dan rencana.
Dia orang yang sederhana, tekun sabar dan gigih dalam menapaki kehidupan. Dan selalu tawakkal pada-Nya, menurutnya Tawakkal, bukanlah pasrah kepada Aallah tanpa mempedulikan sunnah-Nya. tawakkal itu adalah trust in god, percaya bahwa Allah pasti memberikan sesuatu yang terbaik, selama kita berbuat baik. Dengan demikian, orang-orang yang bertawakkal pasti selalu berusaha melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Keyakinan itu, diekspresikan dengan seringnya berdzikir, bismillah tawakkaltu ‘ala Allah wala haula wala quwwata illah billah.
Disamping tawakkal dia juga meyakini perlunya uzlah, pengasingan diri, bagi setiap pribadi muslim di zaman modern ini. uzlah disini adalah mengambil jarak, secara nilai, dari kehidupan dunia sehingga kesucian ruhani kita tetap bisa di jaga dari pengaruh-pengaruh yang merusak. Allah ‘Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar