Ketika hati dalam keadaan gundah, masa depan terasa kurang cerah, problematika silih berganti merebut hati dan pikiran, tak ada keindahan, kesenangan sesaat yang terus diburu, hiburan tanpa faidah menjadi alternatif menghilangkan kejenuhan, suara-suara bising kemunafikan terus meramu, ketidak jelasan eksistensi diri, kehilangan keseimbangan, kekerasan pikiran terus meng-gandoli, maka saat-saat itulah setetes embun tausihah sangat dibutuhkan untuk menghijaukan pikiran dan hati, ketika itulah cahaya-cahaya diperlukan untuk menerangi ruang-ruang yang gelap.
Hari selasa, jam 10 WIB, ketika itu, saya menjadi moderator diskusi mata pelajaran ulum al-hadist dengan topik “kritik matan hadis,, tiba-tiba datang seorang dosen menghentikan jalannya diskusi itu, “diskusi kita lanjutkan hari selasa yang akan datang, karena hari ini kita kedatangan tamu dari Iran”, kata beliau. maka diskusi, hari itu saya tutup.
Sejurus kemudian, datang seseorang dengan badan tinggi, menggunakan jubah panjang dan serban hitam, tatapannya yang tajam, senyumnya mengembang, jenggotnya mulai memutih, wajahnya berseri-seri. Ia mengambil posisi di depan taman-teman. Acara itu, dimoderatori oleh ketua Jurusan Setelah dibuka dan memberikan pengantar tentang kedatangannya. kemudian ia menyerahkan kepadanya untuk menyampaikan sepatah dua patah. “Assalamu’alaikum wr.wb” ia memulai memberi salam, dengan senyumannya yang khas ia melanjutkan berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab. Nama saya “Faris Husain, di lahirkan di negeri Iran”.
Ia memperkenalkan dirinya, dari jenjang belajarnya dan tujuannya ke Indonesia, ia juga menjelaskan geografi Iran, dan bangkitnya revolusi Iran serta mengapa harus ada revolusi di negeri Islam tersebut. Juga kebobrokannya sebelum adanya revolusi, tentunya cerita itu tidak dapat dilepaskan dengan seorang tokoh karismatik-revolusioner Imam Humaini. Ia menjelaskan maksud kedatangannya. dan menemui kita untuk berbagi pengalaman tentang bahasa Arab di Iran, urgensi belajar bahasa Arab dan bebera metodelogi pengajarannya. Sedangkan Metode yang di gunakan di Iran adalah sebagai berikut :
1) siswa diharuskan belajar/mutala’ah dengan rajin dan sungguh-sungguh dirumah.
2) Mendengarkan penjelasan ustadz dengan baik dan mengikhtisornya. kemudian dimutalaah kembali sampai paham, mampu menuliskan dan mempraktekkannya. Jika ada hal-hal yang sulit, dan tidak dipahami ketika belajar maka harus dicatat dan ditanyakan kepada dosennya/pengjarnya.
3) Harus berani untuk bertanya jikalau ada sesuatu yang tidak dipahami dan kritis pada hal-hal yang ada diluar pemahamannya. konsentrasi atau fokus dalam pelajaran, dengan meninggalkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran (diluar kelas). Belajar tanpa konsentrasi dan fokus maka adalah kesia-siaan yang ia dapatkan.. Berani…berani …dan berani. Fokus, fokus, fokus.
Syarat kesuksesan dalam belajar adalah konsentrasi dan fokus.
4) Membuat halaqoh-halaqoh kecil, yang terdiri dari dua atau tiga orang sampai lima orang. dengan metode tabadul bayan, ada yang jadi bahits dan mustami’in, dan semuanya harus kebagian mengkajinya (menjelaskannya) dan yang lain memperhatikannya. Sampai mereka puas dan paham betul apa yang mereka kaji.
5) Sering berlatih, berlatih dan berlatih. Dan banyak mempraktekkan apa yang telah diperolehnya.
Kekurangan siswa atau mahasiswa dalam belajar disebabkan kurangnya praktek dan berlatih.
Selain cara belajar di atas, ia juga menekankan, bahwa keberhasilan belajar bahasa Arab, baik dalam berbicara, mendengarkan, membaca, dan memahami adalah menjadikan segala keadaannya bernuansa bahasa Arab, membaca buku yang bahasa Arab, mendengarkan, berbicara dll dengan menggunakan bahasa Arab.
Ada beberapa catatan menarik untuk diistiqomahkan:
1. Belajar yang baik, pada jam 05.00 sampai jam 11.00, atau dari thulu’ fajr sampai thulu’ syamsi.
2. Memperaktekkan apa yang sudah kita ketahui.
3. Tidak menyia-nyiakan waktu.
4. Niatkan segalanya karena Allah, maka Allah akan menambahkan ilmu dan lainnya.
5. Benar-benar takwa.
6. Ikhlas dalam bekerja.
7. Barang siapa yang taat pada Allah, maka ia akan mampu berbuat apa yang dikehendakinya, sesuai dengan firman Allah dalam hadis qudsi “ ‘abdi anta’thi’uni, takun mistli, taqul kun fayakun”.
8. Menjahui dosa.
9. Taat pada ulama’.
10. Tidak meninggalkan tahajjut.
11. Membaca, membaca, membaca, membaca.
MA’AN NAJAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar