Facebook Halimi Zuhdy
Senin, 16 November 2009
KEMATIAN YANG MENGINTAI
Tadi malam jam 11.00 wib saya di sms oleh paman, ia mengabarkan bahwa kakek saya telah berpulang ke rahmatullah. Rasa keget bercampur haru yang kemudian menyelimuti saya, kaget karena ia masih terlalu muda dibandingkan dengan saudaranya yang tertua, dan haru karena dipanggil oleh Allah swt untuk meringankan beban sakitnya yang dideritanya selama limat tahun lebih.
Dua minggu ini, dua kakek saya sudah berpulang, pulang dengan rasa sakit yang dideritanya, ada yang diserang penyakit liver dan yang satunya lumpuh yang ia derita sekitar lima tahun silam.
Saya jadi teringat, kematian tidak pernah mengenal waktu, tidak pernah memberi tahu kapan datangnya, tidak juga mengenal umur dan pangkat. Allah swt, sudah menetapkannya, tanpa sepengetahuan manusia, agar manusia selalu waspada terhadapa kematian, bukan waspada agar dapat menolak dan lari dari kematian, tapi waspada dari keburukan yang selalu mengintai, agar ia menghadap kepada-Nya dalam keadaan menjadi hamba.
Kematian dua kakek saya, dan juga kematian-kematian yang selalu datang silih berganti, detik ini, dua menit yang lalu, satu minggu kemaren, dan seterusnya ia selalu hadir menjemput, ada dengan senyum manis, ada pula dengan wajah yang ganas dan garang, bahkan wajah kaku yang terpoles. Ini sungguh member pelajaran yang sangat berharga.
Kematian tidak mengenal usia.
Kematian datang menjemput menusia, bukanlah ditentukan usia, ia kadang datang pada seseorang yang umurnya 63 tahun, umur 50 tahun, 30 tahun, 20 tahun, 15 tahun, 10 tahun, bahkan masih dalam janin pun ia sudah tidak bergerak lagi. Sungguh, ia datang bagai desiran angin ghaib, tak ada sapaan dan tak ada undangan, tiba-tiba lenyap, tinggal seonggok tubuh kaku. Ia datang dan pergi, tak ada satu orang pun yang mampu mengahalanginya, bahkan orang yang paling mencintainya tak mampu berbuat apa-apa kecuali ucapan, innalillahi wainnailaihi rajiun.
Mungkin, kedatangan tanpa pamit inilah, yang seharusnya selalu menjadi perhatian manusia, agar selalu siap dijemput, kapan pun saja dan di mana pun saja, siap lahir dan batin. Siap lahir, bagaimana tubuh ini selalu dalam kondisi terbaiknya untuk menghadap-Nya, kalau dalam kondisi sakit bagaiman dalam kondisi ini, ia tetap mampu beribadah, dari menggerakkan tubuh sampai ia hanya mampu menggerakkan matanya. Kalau dalam kondisi sehat, bagaimana tubuhnya selalu didekatkan ke tempat terbaik untuk bertaqorrub kepada-Nya.
Selalu siap batin, bagaimana batin selalu terjaga dari gejolak hasrat yang mampu menghancurkan iman. iri, dengki, sombong, dan sifat-sifat yang tidak baik lainnya.
Dengan kematian yang tiba-tiba ini pula, manusia yang sadar akan kematian dan ketidakkekalannya dalam hidup, selalu memperbaiki dirinya dan selalu dalam kondisi mendekatkan diri kepada Allah swt, orang yang selalu merasa dalam awas-Nya tidak akan berbuat jelek.
Kematian, bisa datang detik ini,ketika membaca tulisan ini!!! Maka siapkan kita menghadapinya, atau kita masih mau menikmati dunia, dengan melupakan kematian, yang kematian itu pasti dating, dan kita tidak dapat menghindar darinya.
Atau kita, sudah persiapkan bekal menuju kematian, sehingga wajah kita persipakan untuk selalu tersenyum menghadap Allah swt, dengan rodiyah mardiyah.
Gasek, 15 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar