Halimi Zuhdy
Suatu pagi Laila bermain-main dengan bonekanya, sedangkan sang ayah sibuk dengan tugasnya yang harus diselesaikan dengan segera karena jam 08.00, akan didiskusikan, sehingga ia sibuk menyiapkan segalanya. Keduanya sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, sesekali Laila berteriak dan berbuat gaduh, sedangk
an ayahnya dengan penuh konsentrasi mengerjakan tugasnya.
Sesaat kemudian Laila menghampiri sang ayah. Ia bertanya “ayah, kapan aku dibelikan boneka yang lebih besar dan dapat bicara denganku,” sebelum ayah menjawab, ia bertanya lagi, “ayah, ada tidak boneka yang bisa membaca dan menggambar,”. Sang ayah tersenyum dengan sedikit mengercitkan dahinya, “kalau ada uang, nanti kita beli bersama-sama di Mitra”. Laila diam, dan melanjutkan permainannya, sedangkan sang ayah konsentrasi kembali, melanjutkan pekerjaan, namun sebentar kemudian Laila datang dan bertanya “ayah ini gambar apa?. Ayahnya menjawab “ini gambar monyet”.
Ia bertanya lagi “monyet kok ada buntutnya ayah”, sang ayah diam, dan sedikit kesel namun ia tidak menampakkan kekesalannya, karena anak sekecil; itu tidak baik untuk dimarahi gumam sang ayah dalam hatinya. Dengan penuh kesabaran sang ayah menjelaskan hal itu, setelah selesai, sang ayah berkata “ayo.. kesana, lanjutkan permainanmu, ayah lagi sibuk”.
Berselang lima menit Laila kembali lagi dengan banyak pertanyaan, sang ayah sedikit kesal dan berfikir keras agar anaknya tidak banyak bertanya lagi, ia mencari ide, “kalau anak ini disibukkan dengan hal lain mungkin tidak akan menggangguku lagi,” gumam sang ayah. Ia mencari majalah bekas yang di dalamnya dipenuhi gambar, dan ia mengguntingnya”. “Laila..,! kalau kamu dapat menyusun gambar ini ayah beri hadiah, dan jangan kembali kesini sebelum gambar ini tersusun dengan benar dan rapi”. Ia pikir anaknya tidak akan sanggup melaksanakan pekerjaan itu, kerena cukup sulit dan untuk orang dewasa.
Tapi sang ayah salah menduga, beberapa menit kemudian Laila kembali “ayah-..ayah, Laila dapat menyelesaikan dengan cepat, ini mudah sekali ayah..!”. sang Ayah bingung, bagaimana ia dapat menyelesaikan pekerjaan secepat dan sesulit itu?. Ayah bertanya “ayo..yang menyusun siapa, minta bantuan ibu ya..!”, Laila membantah “Laila…yah, kan dibaliknya ada gambar bonekanya, dan boneka digambar itu kesayangan laila, mudah saja wong Laila hafal,”
Sang ayah terdiam, ia kalah dan harus memberi hadiah dan menghadapi ocehan anak itu.
Sobat, sering kali kita meremehkan anak kecil, meremehkan kemampuan berfikir, bernalar, dan prilakuku mereka sering kita anggap kekanak-kanakan meskipun mereka benar adalah anak-anak. Egois kita pertahankan bahwa kita lebih kuat, lebih pintar, lebih cerdas. Kadang kita beranggapan bahwa kita pendidik dan sok dewasa, seedangkan anak-anak adalah murid dan masih buta.
Namun saying kita salah, buktinya Laila ia mampu melakukan dan membuktikannya. Kita sering kali menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam pikiran kuita, adalah potongan gambar-gamabar yang tak runut. Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun dengan perasaan takut.
Dunia, bagi kita adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita merangkainya dengan hati penuh pilu, dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut yang penuh dengan keruetan, ketidakteraturan, dan kesumpekan.
Dunia, sering kita gambarkan amarah, murka, kejam, penuh dengan kenestapaan. Padahal kalau kita mau menjenguk dunia dengan sisi lain kita akan menemukan keindahan yang tidak terkira, dengan cinta dan kesejahteraan. Tinggal kita mencermati dan memilih, rangkaian dunia mana yang akan kita susun? Dunia yang penuh angkara atau dunia yang penuh dengan cinta? Semuanya kembali pada kita! Kita tinggal memilih, namun ingat “apa yang kita rasakan karena apa yang kita pikirka”, dunia akan tersa sempit jika kita tidak pernah tersenyum pada dunia, namun dunia akan indah jika kita bersahabat dengan dunia. Apa yang ada itu karena perasaan dan pikiran kita, dunia akan tersenyum jika kita tersenyum, karena yang berfungsi dan aktif adalah pikiran kita, seddaangkan dunia apa yang ada dalam pikiran kita
Jika kita kena musibah tapi sabar dan mencoba tersenyum maka musibah merubah cinta dan keindahan, namun jika musibah adalah sebuah permasalahan yang besar dan lakna,t maka duka itu yang kita alami dan sesal seumur hidup. Kesedihan dan keindahan dapat dibentuk dengan pikiran………..kita kita tinggal memilih.
BANYAK BACA BANYAK TAHU
BANYAK TIDUR CEPAT MATI
BANYAK MENULIS BANYAK IDE
BANYAK BERBICARA BANYAK SALAHNYA
BANYAK DIAM SELAMAT
BANYAK OLAH RAGA SEHAT
BANYAK BELANJA HABISKAN PULUS
BANYAK MAKSIAT BANYAK DOSA
BANYAK SANTAI BODOH
BANYAK BERZIKIR DICINTA TUHAN
BANYAK SHOLAT MENJADI SEHAT
BANYAK MELAMUN PUTUS ASA
BANYAK BERFIKIR CERDAS
BANYAK BELAJAR PINTAR
BANYAK MAKAN BERPENYAKITAN
BANYAK MENGELUH AKAN SUSAH DAN SENGSARA
BANYAK KEINGINAN UNTUK DIHORMAT DAN DIPUJI AKAN MENUAI KEKECEWAAN
BANYAK PERMOHONAN TIDAK AKAN TENANG
BANYAK REFRESING BANYAK KERUGIAN
BANYAK ANGAN BANYAK TUNTUTAN
Sesaat kemudian Laila menghampiri sang ayah. Ia bertanya “ayah, kapan aku dibelikan boneka yang lebih besar dan dapat bicara denganku,” sebelum ayah menjawab, ia bertanya lagi, “ayah, ada tidak boneka yang bisa membaca dan menggambar,”. Sang ayah tersenyum dengan sedikit mengercitkan dahinya, “kalau ada uang, nanti kita beli bersama-sama di Mitra”. Laila diam, dan melanjutkan permainannya, sedangkan sang ayah konsentrasi kembali, melanjutkan pekerjaan, namun sebentar kemudian Laila datang dan bertanya “ayah ini gambar apa?. Ayahnya menjawab “ini gambar monyet”.
Ia bertanya lagi “monyet kok ada buntutnya ayah”, sang ayah diam, dan sedikit kesel namun ia tidak menampakkan kekesalannya, karena anak sekecil; itu tidak baik untuk dimarahi gumam sang ayah dalam hatinya. Dengan penuh kesabaran sang ayah menjelaskan hal itu, setelah selesai, sang ayah berkata “ayo.. kesana, lanjutkan permainanmu, ayah lagi sibuk”.
Berselang lima menit Laila kembali lagi dengan banyak pertanyaan, sang ayah sedikit kesal dan berfikir keras agar anaknya tidak banyak bertanya lagi, ia mencari ide, “kalau anak ini disibukkan dengan hal lain mungkin tidak akan menggangguku lagi,” gumam sang ayah. Ia mencari majalah bekas yang di dalamnya dipenuhi gambar, dan ia mengguntingnya”. “Laila..,! kalau kamu dapat menyusun gambar ini ayah beri hadiah, dan jangan kembali kesini sebelum gambar ini tersusun dengan benar dan rapi”. Ia pikir anaknya tidak akan sanggup melaksanakan pekerjaan itu, kerena cukup sulit dan untuk orang dewasa.
Tapi sang ayah salah menduga, beberapa menit kemudian Laila kembali “ayah-..ayah, Laila dapat menyelesaikan dengan cepat, ini mudah sekali ayah..!”. sang Ayah bingung, bagaimana ia dapat menyelesaikan pekerjaan secepat dan sesulit itu?. Ayah bertanya “ayo..yang menyusun siapa, minta bantuan ibu ya..!”, Laila membantah “Laila…yah, kan dibaliknya ada gambar bonekanya, dan boneka digambar itu kesayangan laila, mudah saja wong Laila hafal,”
Sang ayah terdiam, ia kalah dan harus memberi hadiah dan menghadapi ocehan anak itu.
Sobat, sering kali kita meremehkan anak kecil, meremehkan kemampuan berfikir, bernalar, dan prilakuku mereka sering kita anggap kekanak-kanakan meskipun mereka benar adalah anak-anak. Egois kita pertahankan bahwa kita lebih kuat, lebih pintar, lebih cerdas. Kadang kita beranggapan bahwa kita pendidik dan sok dewasa, seedangkan anak-anak adalah murid dan masih buta.
Namun saying kita salah, buktinya Laila ia mampu melakukan dan membuktikannya. Kita sering kali menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam pikiran kuita, adalah potongan gambar-gamabar yang tak runut. Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun dengan perasaan takut.
Dunia, bagi kita adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita merangkainya dengan hati penuh pilu, dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut yang penuh dengan keruetan, ketidakteraturan, dan kesumpekan.
Dunia, sering kita gambarkan amarah, murka, kejam, penuh dengan kenestapaan. Padahal kalau kita mau menjenguk dunia dengan sisi lain kita akan menemukan keindahan yang tidak terkira, dengan cinta dan kesejahteraan. Tinggal kita mencermati dan memilih, rangkaian dunia mana yang akan kita susun? Dunia yang penuh angkara atau dunia yang penuh dengan cinta? Semuanya kembali pada kita! Kita tinggal memilih, namun ingat “apa yang kita rasakan karena apa yang kita pikirka”, dunia akan tersa sempit jika kita tidak pernah tersenyum pada dunia, namun dunia akan indah jika kita bersahabat dengan dunia. Apa yang ada itu karena perasaan dan pikiran kita, dunia akan tersenyum jika kita tersenyum, karena yang berfungsi dan aktif adalah pikiran kita, seddaangkan dunia apa yang ada dalam pikiran kita
Jika kita kena musibah tapi sabar dan mencoba tersenyum maka musibah merubah cinta dan keindahan, namun jika musibah adalah sebuah permasalahan yang besar dan lakna,t maka duka itu yang kita alami dan sesal seumur hidup. Kesedihan dan keindahan dapat dibentuk dengan pikiran………..kita kita tinggal memilih.
BANYAK BACA BANYAK TAHU
BANYAK TIDUR CEPAT MATI
BANYAK MENULIS BANYAK IDE
BANYAK BERBICARA BANYAK SALAHNYA
BANYAK DIAM SELAMAT
BANYAK OLAH RAGA SEHAT
BANYAK BELANJA HABISKAN PULUS
BANYAK MAKSIAT BANYAK DOSA
BANYAK SANTAI BODOH
BANYAK BERZIKIR DICINTA TUHAN
BANYAK SHOLAT MENJADI SEHAT
BANYAK MELAMUN PUTUS ASA
BANYAK BERFIKIR CERDAS
BANYAK BELAJAR PINTAR
BANYAK MAKAN BERPENYAKITAN
BANYAK MENGELUH AKAN SUSAH DAN SENGSARA
BANYAK KEINGINAN UNTUK DIHORMAT DAN DIPUJI AKAN MENUAI KEKECEWAAN
BANYAK PERMOHONAN TIDAK AKAN TENANG
BANYAK REFRESING BANYAK KERUGIAN
BANYAK ANGAN BANYAK TUNTUTAN
Assalamu'alaikum...!
BalasHapustulisan ustadz benar-benar sesuai dengan lambang utama yang selalu mengekspresikan cinta pada setiap tulisannya hingga cinta tersebut sampai pada kami para pembaca. dengan cinta yang terekspresi dari guliran-guliran loading blog ustadz memberikan bimbingan serta motivasi kami untuk membuahkan kontemplasi ke dalam sebuah tulisan. mohon bimbingannya ustadz....!!!dengan tulisan-tulisan barunya.....!!!