Sabtu, 03 Mei 2008

TKW




(dalam erangan kenestapaan)

Halimi Zuhdy


Salam, dari gerbang kenestapaan
Menuju istana fatamorgana

Dulu hanya kudengar rintahan
Kini kusaksikan tangisan
Dulu hanya kabar Firdaus
Tapi kini mataku menangkap Jahannah

Camar-camar bersiul janji
Menebar angin keseluruh penjuru negeri
Di sana, negeri non jauh……..
Seonggok mutiara lagi menanti

Kau lenggangkan tangan indahmu
Kau langkahkan seribu kakimu
Kau tatap masa depan dengan harap pasti
Tubuhmu mengayun, menginjakkan kaki
Di negeri seribu penuh janji

Tapi, kini kau tersimpuh
Dalam krangkeng kenestapaan

Harapan, tinggal kenangan
Dalam muara bara
Kau berteriak, melolong bagai serigala dalam kegelapan hampa
Karena tubuhmu tercabik kedustaan

Wahai, wanita-wanita kehormatan
kau bagai ratu di negeri nan subur
tapi mengerikan
kini kau jadi babu di negeri peradaban
dengan seribu siksaan
kau pilih angan
tapi, kau dapatkan kenangan ketidakpastian

sungguh, mataku sayu dan lembab
melihat tubuhmu robek mengerang
merasakan belati kepedihan

harapan pupus, kini tinggal kenangan
dari gurun keangkuhan

tapi, bersabarlah ……
kau akan mendapatkan sorga ketidakjelasan
di negerimu
yang tidak pernah peduli pada baju lusuhmu

sabarlah, wahai wanita-wanita kehormatan
kau akan disandingkan dengan raja
di istana ketidakjelasan
dengan pasukan-pasukan tikus
yang mengambil alih kekuasaan

sabarlah, wahai wanita-wanita kehormatan
derajatmu akan terangkat
setelah kau pulang
dengan tubuh tak bernyawa
mata memar karena pukulan
pungguh hitam karena gorengan
benang merah robek karena pemerkosaan
pipi legam karena tamparan

kadang tubuhmu terhempaskan
di pojok gedung kebiadaban
kau lari dari majikan yang berhati buaya
tapi kau tertangkap oleh macan-macan yang lagi kelaparan
tubuhmu dihempaskan kembali dipinggir jalan
ditelan kehormatan, kemudian kau dilempar dengan
seribu luka
seperti sampah yang berserakan

pada siapakan kini kau mengadukan
padaku, maka kucapkan selamat tinggal
karena tubuhku tinggal tulang
atau pada pemerintah
maka kau akan dikembalikan
dengan harapan kau tak melaporkan
atau pada istihdam
yang tahu sendiri
atau pada ………
aku sendiri kebingukan
kerena ringkih tubuhmu

tapi bersabarlah,
jika kau masih ingin hidup seribu tahun lagi
tinggalkan kenangan
gapai kerinduan bersama masa depan yang penuh kesengan
bersama cinta.
Cinta pada Tuhanmu

Riyad, 02 Mei 2008

Halimi Zuhdy
(penyair yang hanya bisa menangis dalam kegembiraan dan tertawa dalam kesedihan, karena tubuhnya kini berselimut cabikan belati kedustaan dari petinggi keangkuhan)

1 komentar:

  1. salam.
    pak halimi, saya berusaha membaca apa yang halimi pikirkan tentang kondisi anak bangsa yang berprofesi tkw di negeri yang garang ini. prihatian rasanya jika kita memperhatikan kondisi mereka. saya pikir, itu terjadi karena pola hidup di saudi penuh ketertutupan dan absen dari freedom. tapi saya yakin banget, jika pendidikan di indonesia bagus dan bisa dijangkau seluruh anak bangsa terus ditopang dengan ketersediaan lapangan kerja, tak lagi ada tkw dari indonesia, karena hal itu adalah pilihan terakhir dari sekian pilihan yang ada. thanks

    BalasHapus