TITIK NOL
------------ kegilaanmu dipenghujung cinta dan harapan
seuntai mutiara harapan, kau rajut
di altara cinta dan kasih sayang
kau cari kebahagiaan dengan tangan menengadah
dengan mulut komat-kamet, tubuh penuh keringat, napas
tersengal
kau tembus panas keganasan metropolitan
kau tidur beralas Koran dengan berbantal batu
yang keluar dari mulutmu berat rasanya hidup ini
kau tak mengerti mengapa kau jadi begini
kau tak paham mengapa kau terseok-terseok dengan
harapan hampa
kau tak mengerti kau telah dihianati di kerajaanmu
sendiri
kau sebenarnya yang berkuasa tapi kini kau dikuasai
kau sebenarnya yang berhak mengatur, tapi kau kini
diatur
suaramu tak lagi didengar, BBM tetap merangsung
kini kau diajak untuk berperang
sekelilingmu menatap tanpa dosa
renai-renai mentari semakin susut
kelam tiba dalam rayuan
raja-raja dan bandit kekuasaan pada menuai dadar dan
roti hangat
sedangkan kau penuhi tubuhmu dengan racun-racun tikus
karena kau lagi haus
kau jilat-jilat sepatu busuk di kerajaan yang bertuhan
kau tidak salah karena hidup di kerajaan para pengecut
jeritan terakhirmu kudengar, kau terhampar kaku
dengan perut tak berbutir
mulut tak berair
kau tebus keserakahan penguasa dengan titik nol
garis-garis hidupmupun tidak jelas, karena titik-titik
itu tak pernah bertinta
Malang, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar