halimi zuhdy
Masih adakah marah dalam cinta, pertanyaan itu muncul ketika istri saya bertanya tentang marah, saya jawab " bagaimana bisa marah pada orang yang membuat hatiku selalu merindukannya dan membuat mata tidak mampu terpejam karena cintaku,dan hatinya sudah saya rengkuh dalam batinku" adakah marah dalam cinta, tentunya ada, tapi sejauh mana kita bisa marah pada istri, istri yang telah melayani kita sehingga kita terselamatkan dari zina dan kerusakan moral, istri yang telah memberikan senyumnya ketika kita marah, istri yang memberika rindu ketika dalam kegersangan, istri yang telah memberikan cahaya cinta ketika kita dalam kegelapan, istri yang telah membelai kita dalam kondisi stress, istri yang telah memberikan samudera kasih sayangnya dalam diri kita, memberikan solusi, membuat kita tersenyum dalam kesedihan, dan memberikan seorang anak dengan usahanya yang cukup memayahkan, bahkan antara hidup dan mati। PANTASKAH KITA MARAH PADANYA. Masih ada rasa marahkah dalam diri kita karena hanya gara-gara persoalan kecil, yang masih bisa kita selesaikan dengan damai dan musyawarah. Masih adakah keinginan marah kepadanya, hanya gara-gara berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita, dan itu tidak melanggar syari'ah, karena kita diciptakan memang berbeda, masihkan kita bersikukuh demi meuaskan keinginan kita dan marah ketika tidak sama dengan apa yang kita minta. Jika masih bisa marah padanya, maka tanyakan pada diri kita masih adakah rasa cinta itu padanya.
Betapa junjungan kita selalu membahagiakan istrinya, berbuat lembut pada mereka dan selalu memberikan yang terbaik, bahkan tidak pernah berbuat kasar. Toh kalau mereka salah, ia menegur dengan lemah lembut. Dan ia sangat mesra dengan para istrinya.
Di antara kebaikan akhlak Nabi SAW dan pergaulannya yang baik adalah beliau memanggil ummul mukminin dengan nama kesayangan, dan memberi kabar yang sangat menyenangkan hati. Pada suatu hari Rasulullah bersabda " wahai 'Aisyah, ini jibril mengucapkan salam kepadamu". (Muttafaq alaih)
Aisyah berkata "Aku minum ketika sedang haid, lalu aku memberikannya kepada Nabi SAW, maka beliau meletakkan mulutnya ketempat bekas mulutku, dan aku memakan daging lalu beliau mengambilnya dan meletakkan mulutnya dibekas mulutku".(HR. Muslim). "Dari 'Aisyah aku mandi bersama Rasul dengan dari satu bejana" (H.R Bukhari).
Al-Bukhari meriwayatkan bahwa-sanya tatkala Rasulullah saw kembali dari perah Khaibar dan menikah dengan Shafiyah binti Huyay r.a beliau melilitkan kain di sekitar untu yang dikendarainya untuk menutupi Shafiyah, kemudian beliau duduk di samping untanya, lalu Shafiyah meletakkan kakiya di atas lutut Nabi saw sebagai pijakan ketika naik kepunggung unta.
Pemandangan ini menunjukkan kerendahan hati Rasulullah saw, walaupun beliau seorang pemimpin yang sukses, ini ajaran yang sangat indah dari seorang teladan.
Pesan Rosulullah saw " Ala was taushu bin nisa', berwasiatlah kepada wanita dengan baik" (HR. Muslim).
Riyadh, 13 April 2008
alaykumusalam, makasi udah mampir ke multiply ana, tulisan antum ini boleh nda ana masukan ke blog ana?
BalasHapusjazakallah ya..