Kamis, 10 April 2008
Makna Cinta
Pada satu malam istri saya hanya mengajar santriwati biarpun yang
hadir itu cuman dua anak. Dengan tekunnya dia membimbing mengaji.
Baginya mengajar dua anak dan mengajar dua puluh anak sama saja karena
itu tugasnya. dulu pernah saya berbincang dengannya, katanya mengajar
bukan profesi namun sebuah panggilan jiwa. Sekalipun tidak sebagai
pengajar dalam formalitas namun mengajar bisa dilakukan dimana saja
dan kapan saja. Itulah sebabnya mengajar adalah kecintaan yang
terdalam pada kemanusiaan.
Makna cinta bagi setiap manusia berbeda. Makna cinta itulah yang juga
memaknai kehidupan bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi
masyarakatnya, bagi bangsanya, bagi dunia dan bagi alam sekitarnya.
Ada orang yang merasa dirinya bermakna tetapi tidak dipandang bermakna
oleh orang lain, sebaliknya ada orang yang merasa dirinya bukan
apa-apa dan bukan siapa-siapa, tetapi orang lain sangat
menghormatinya. Ada seorang tokoh, oleh Amerika dipandang sebagai
terroris yang sangat jahat, tetapi oleh bangsanya sendiri dia
dielu-elukan sebagai pahlawan sejati. Ada orang yang tinggal berada
dalam suatu lingkungan dalam waktu yang lama, tetapi kehadirannya
tidak berpengaruh apa-apa bagi lingkungan masyarakatnya maka ia tidak
dipandang bermakna, hadirnya tidak membuat genap, dan absennya tidak
membuat ganjil.
Sebaliknya ada orang yang hanya melintas sebentar dalam kehidupan
masyarakat, tetapi karena kehadirannya membawa perubahan besar kepada
tatanan masyarakat maka sepeninggal orang tersebut namanya masih
selalu disebut, gagasannya masih selalu didiskusikan, pendapatnya
masih selalu dirujuk orang. Waktu yang sebentar tetapi fungsional
dalam membawa perubahan, maka kehadiran sebentar itu dipandang sangat
bermakna, sehingga nama orang itu diabadikan dalam nama jalan atau
gedung, atau bahkan banyak bayi lahir yang kemudian diberi nama dengan
nama orang itu.
dan orang itu adalah anda!
Salam Cinta,
dari seorang sahabat : Agussyafii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar