Apakah cinta itu harus menyatu dan menjadi satu, maka pasti jawabannya adalah ia. Tapi, dalam sisi lain saya mencoba menghayati cinta dari belahan samudera yang lain. Benarkah cinta harus menyatu dan menjadi satu?. Jawaban saya tidak harus, mengapa karena gelombang cinta telah membawaku pada muara rindu, dari kerinduan itulah sebenarnya saya rasakan cinta yang sebenarnya. Jika saya selalu berkumpul dan menyatu dengan istri, maka keindahan itu tidak saya dapatkan seperti sekarang ini, yang hati dan pikiran selalu mengingatnya dalam jaga dan tidurku. Mungkin itu cinta, namun jika saya selalu didekatnya mungkin cinta itu menjadi biasa. Tidak ada yang luar biasa! Karena cinta itu adalah kerinduan yang mendalam dari seorang kekasih untuk kekasihnya.
Kerinduan Nabi saw, para Wali dan hamba-hamabanya yang sholeh adalah sebuah pertemuan dengan Kholiq, sehingga sangat banyak kisah para sahabat yang ingin cepat meninggalkan kegersangan bumi ini untuk bertemu dengan hadiratnya. Dan pertemuan denganNya lebih indah dari pada sorganya.
Saya katakan pada istri saya bahwa kasih sayang saya semakin bertambah karena ternyata jarak benar-benar membuatku ekstasi untuk selalu berada di dekatnya dan tidak ingin lagi meninggalkannya. Dengan nahkoda kesabaran dan kesepahaman akan membawa keluarga pada dermaga sakinah, mawaddah dan rohmah.
Yah umah sayang jenengan ,saya gak pernah pingin meninggalkan jenengan,itu rasa ketakutan umah,dan gak usah dipikir geh sayang! semua kita serahkan kepada Allah,adik dan umah selalu sabar menunggu jenengan.( SMS dari seorang istri)
Sabar ya sayang. disinilah kita bisa menikmati rasa rindu yang dikaruniai oleh Allah, memberi pelajaran tentang kehidupan,Umah selalu berdoa semoga jenengan kuat menghadapi ini semua. Sabar..ya sayang.!!! (SMS dari seorang istri)
Riyadh, 12 April 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar