Kamis, 10 April 2008

Bersabarlah Kekasihku


Suatu hari, seorang anak muda pergi berbelanja ke toko
suvenir. ia mencari sebuah hadiah untuk kekasihnya
yang sangat ia cintai. Sebagai hadiah ulang tahunnya
yang ke 21. Setelah sedemikian lama melihat-lihat.
Mata pemuda itu menangkap cahaya yang gemerlapan dari
dalam lemari yang indah, cayaha itu muncul dari
pantulan cangkir yang diterpa matahari siang itu.
Pemuda itu memanggil pelayan toko. “Mbak! bisa lihat
cangkir itu”. Pelayan toko itu tersenyum. dan
berkata, “boleh, asalkan Mas tidak memegangnya”.
Kemudian, “boleh Mas pegang, asal tangan Mas bersih”,.
Pemuda itu membolak-balikkan tangannya dan berkata,
“Mbak! tanganku bersih sekali, bolehkan?”. “boleh,
tapi harus hati-hati” kata pelayan itu.
Pemuda yang lagi terpikat dengan kecantikan cangkir
itu, tersenyum. sambil mendekati cangkir cantik itu,
Ia bergumam. “cantik banget..!, aku belum pernah
melihat cangkir secantik ini, pasti kekasihku sangat
senang menerimanya”. Ketika pemuda mau mengambil
cangkir itu, cangkir yang ada dihadapannya berbicara.
“hai pemuda..! hati-hati memegangku, kalau aku jatuh
dan pencah, kamu harus menggantinya, dan kamu tidak
dapat memiliki kecantikanku”. Pemuda itu tersenyum,
dan berkata, “ia…cantik!, aku akan memegangmu dengan
hati-hati, aku terpikat dengan kecantikanmu”.
Cangkir cantik itu, berkata, “pemuda.!, semua orang
terpikat melihat kecantikanku namun tidak semua orang
dapat memilikiku”. Kemudian cangkir itu melanjutkan
kisahnya, “Dulu aku ini hanya seonggok tanah liat
kotor, yang tidak berharga, tidak sorangpun melirikku
apalagi mengambilku. Namun pada suatu hari, seorang
pengrajin dengan tangan kotornya, mengerukku dan
pelemparkanku ke sebuah roda berputar”.
Aku tidak dapat menghindar dan menolaknya, karena aku
hanya tanah yang kotor dan tidak berharga. Setelah
itu, ia memutar-mutar roda itu, aku berteriak untuk
dihentikannya, karena kepalaku terasa pusing sekali.
stop! Stop! Stop aku berteriak dengan keras, namun
orang itu berkata, “belum!”. Lalu ia mulai beraksi
kembali dengan memukulku, menusukku, menginjak-injakku
berulang-ulang. Stop! Stop! Stop! Aku berteriak dengan
harapan ia tidak melanjutkan, tetapi ia berkata,
“belum!,”.
Belum aku bernafas dengan lega, ia melemparkanku ke
perapian. Aku kepanasan, dan belum pernah aku disiksa
seperti itu. Aku terus dipanaskan, dibolak balik, aku
hampir putus asa. Dan aku berteriak-teriak, panas!
Panas! Panas! Namun ia sedikitpun tidak
memperdulikanku. Tatap saja ia bilang, “belum”,. Kapan
siksaan dan penderitaan ini selesai, kenapa nasibku
seperti ini. Betapa senangnya teman-temanku yang tidak
mendapati siksaan seperti yang aku alami. Sambil
meniteskan air mata, aku memohon agar ia tidak
melanjutkan penyiksaan itu, karena aku sudah tidak
kuat lagi.
Aku mulai gembira, karena ia mengangkatku dari
perapian itu. Dan mebiarkanku sampai dingin. Aku
pikir, mungkin itu akhir dari penyiksaan dan
penderitaanku. Oh, ternyata belum.
Setelah dingin, aku diberikan pada seorang wanita yang
belepotan cat. Ia memolesku dengan warna, yang baunya
sangat tidak aku senangi, membuat aku sesak dan sulit
bernafas. aku berkata, “stop! Stop! Stop! Aku sudah
muak dengan semua ini, aku mohon jangan dekatkan cat
itu padaku. Tetapi, perempuan itu, tetap saja
membolak-balikku dan memolesku dengan cat yang baunya
mintak ampun. Namun wanita itu berkata sama dengan
laki-laki jahat tadi, “belum”.
Aku melihat diriku berubah, dari satu warna menjadi
warna-warni. Namun apalah artinya perubahan itu
buatku, aku tidak merasa apa kecuali siksaan yang
pedih dan memuakkan. Ternyata, tidak sampai disitu.
Aku diserahkan pada seorang laki-laki, ia sangat
mengerikan. Dengan tangan kekarnya ia mengambilku.
Laki-laki itu, memasukkan aku ke perapian lagi,
rasanya lebih panas dari sebelumnya. Saya merasa ini
mungkin akhir hidupku, dan setelah ini aku tidak dapat
melihat dunia lagi. Hanya kenangan yang tidak pernah
saya lupakan, yaitu kenangan betapa pahitnya hidup.
Aku berteriak dengan sekuat tenagaku. “Hentikan!
Hentikan! Aku tidak kuat lagi! Panas! Panas! Panas!,
namun laki-laki itu tidak sedikitpun menoleh padaku,
aku dibiarkan berteriak-teriak dan kepanasan. Ia terus
membakarku. Lalu, setelah beberapa lama, mungkin ia
sudah puas dengan menyiksaku, kini aku diangkat dan
dibiarkan dingin.
Setelah didinginkan beberapa lama, seorang wanita
dengan tangan cantiknya mengangkatku. Aku ditempatkan
di etalese yang indah, dan disekelilingku ada
benda-benda yang cantik. Aku kaget dan heran ketika
aku melihat perubahan pada diriku, betapa cantiknya
diriku, dan teman-teman disekelilingku. Mereka yang
mengalami penderitaan seperti apa yang aku alamai. Aku
sungguh tidak percaya, dengan perubahan ini. Yang
dulunya aku hanya benda yang tidak berharga sekarang
menjadi tontonan dan diistimewakan. Setelah melihat
perubahan ini, terasa penderitaan dan cobaan yang aku
alami selama ini sirna seketika. Terima kasih
pengrajin!, terima kasih Tuhan! Yang telah
menyerahkanku pada tangan pengrajin.
Shobat. Suatu gambaran penderitaan yang luar biasa.
cobaan dan penderitaan adalah bagian hidup kita, namun
kadang kita antara sadar dan tidak, bahwa cobaan dan
penderitaan adalah sebuah proses menuju sebuah
keindahan dan kebahagiaan.
Shobat. Seperti cangkir itulah, Allah swt membentuk
kita. memang penderitaan yang Allah berikan pada kita
sakit, menyiksa, penuh penderitaan, aliran mata, dan
hilangnya harta. Mungkin dengan cara itulah Allah swt
merubah dan bentuk diri kita menjadi baik dan terbaik.
Dan dapat memancarkan caha-Nya.
Jika cobaan dan penderitaan menimpa kita, anggaplah
cobaan dan penderitaan itu adalah sebuah proses kita
menuju kebahagiaan, dan cobaan itu adalah sebuah
kenikmatan yang diberikan Allah swt untuk membentuk
dan menjadikan kita lebih maju dan lebih hebat. Kita
tahu bahwa cobaan itu akan menghasilkan sebuah
keberaniaan, ketekunan, kesungguhan, dan pengalaman.
Biarlah keberaniaan, ketekunan, kesungguhan, dan
pengalaman memperoleh buah yang matang.
Apabila kita mengalami penderitaan dan cobaan, maka
betapa indahnya jika berlapang dada dan tidak kecil
hati, karena seorang kekasih untuk melihat kesetiaan
kekasihnya adalah dengan melihat bagaimana ia sabar
dalam menderita. Anggaplah penderitaan itu sebagai
ujian karena kasih dan rahmannya Allah pada kita.
karena kasih dan cinta-Nya Allah membrikan penderitaan
itu.
Bentukan-bentukan itu memang menyakitkan, tapi setelah
proses itu selesai maka kita akan melihat betapa
cantiknya Allah membentuk kita dengan cobaan dan
tantangan yang kita hadapi.
Dan seluruh cobaan yang diberikan Allah itu pasti ada
hikmahnya, karen Allah tidak berbuat main-main pada
hamba-nya. Dan pastilah ada kemanfaatan dibalik itu
semua. Kalau kita belum dapat dan belum merasakan
hikmah itu maka kita harus selalu muhasabah. Mungkin
kita yang terlalu kotor dan terlalu berprasangka buruk
(su’u dhan) sehingga tidak dapat meneyelami dan
mengambil hikmah yang diberikan-Nya.

*) Cerpenis asal Madura. Ketua Sanggar Al-Abqory
Madura, Kini tinggal di Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar