Facebook Halimi Zuhdy
Sabtu, 05 Januari 2008
NEGERI TIKUS
------------------
diawal cerita kudengar negeriku indah nan subur
biji bertebar dihembus angin menjadi pohon tanpa
tangan
anak-anak pada riang menikmati secangkir madu
serutu berhembus menebar angan bapak-bapak
asappun mengepul, berbau kesturi dari bilik dapur
hijau dan rindang kutemukan dari alamku
kesejukan muncul dari angan dan kenyataan
anak-anak pada kuceritakan keindahan
senyumpun tersungging dari bilik mulut mereka
harapan hidup seribu tahun tak menjadi kenyataan
kini negeriku tak tersenyum lagi
asappun yang dulu mengepul dari bilik-bilik
kini hanya mengepul dari bilik sang bapak pemilik
modal dan kekuasaan
biji yang dulu tanpa ditanam, kini tak lagi kutemukan
karena gigi runcing tikus terus merayap
melahap dan melahap
anak-anakpun tak mendengarkan ceritaku yang dulu
karena kini sudah kusimpan dipeti mati dengan kunci
rapat
dipenghujung cerita, aku hanya penatap
negeriku pilu penuh dengan tikus-tikus
yang katanya tikus dinegeri paling banyak
Surabaya, 2005
Halimi Zuhdi Ls
Sumenep, 19 September 2005
Tulisannya tersebar di media lokal dan nasional,
ketua sanggar al-Abqory. Antologi Puisinya
Penyair-penyair Sufi, 2003. Kata Tak Bermakna, 2004.
Tak ada "kata" cinta untuk Tuhan, 2005. Selaput Cinta
yang robek, 2005
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar